REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Demonstrasi di Hong Kong diwarnai kericuhan, Senin (15/6). Polisi menangkap sembilan orang demonstran, termasuk anggota kelompok politik radikal, mahasiswa dan pengajar.
Media lokal melaporkan beberapa ledakan juga terjadi dalam demonstrasi yang diikuti ribuan orang ini. Juru bicara kepolisan menolak mengonfirmasi laporan tersebut atau memberi informasi lebih jelas.
Menurut South China Morning Post, ledakan berasal dari triaseton triperoksida (TATP). Bahan kimia tersebut juga pernah digunakan dalam serangan-serangan oleh ekstrimis di Israel dan London.
Polisi juga mengamankan bahan kimia mudah meledak lainnya dan senapan angin dari rumah tersangka yang ditangkap. Demonstasi pada Senin bertujuan menolak proposal reformasi pemilihan umum Hong Kong yang dibuat oleh pemerintah Cina.
Anggota parlemen Hong Kong diharap memveto proposal tersebut. Isu ini telah memicu protes sejak tahun lalu. Demonstran yang sebagian besar mahasiswa turun ke jalan menolak rencana Cina mengambil alih semua proses pemilu termasuk dalam menyeleksi kandidat untuk kepala eksekutif Hong Hong 2017.