REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Seorang pejabat Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dilaporkan akan terbang ke Iran pada Senin (11/8/2025), namun tidak berencana mengunjungi fasilitas nuklir Iran. Hal itu dikonfirmasi oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, pada Ahad (10/8/2025) dikutip Reuters.
Sejak Israel melancarkan serangan ke Iran dan perang berlangsung selama 12 hari pada Juni 2025, pengawas IAEA tidak bisa lagi mengakses fasilitas nuklir Iran. Padahal, Kepala IAEA Rafael Grossi menegaskan bahwa, pemeriksaan fasilitas-fasilitas nuklir Iran tetap menjadi prioritas utamanya.
Sebelumnya, Iran menuduh IAEA secara efektif membuka jalan bagi Israel melancarkan pengeboman lewat laporan pada 31 Mei di mana Dewan Gubernur IAEA mendeklarasikan Iran telah melanggar kewajiban non-ploriferasi. Iran yang membantah memproduksi senjata nuklir, menegaskan bahwa mereka tetap berkomitmen terhadap Perjanjian Non-Proliferasi (NPT).
"Negosiasi dengan IAEA akan dilaksanakan besok untuk menentukan sebuah kerangka kerja sama," kata Araghchi lewat akun Telegram.
"Seorang Wakil Direktur Jenderal dari Grossi akan datang ke Teheran besok, di mana tidak ada rencanya kunjungan ke fasilitas nuklir hingga kita mencapai sebuah kerangka kerja," kata Araghchi menambahkan.
Bulan lalu, Iran mengesahkan sebuah undang-undang yang menghentikan sementara kerja sama dengan IAEA. Undang-undang itu mengaskan bahwa, inspeksi oleh IAEA pada masa yang akan datang harus lewat persetujuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
View this post on Instagram