REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pergerakan rupiah kini masih tertekan pada level di atas Rp 13.200/ dolar AS. Kondisi tersebut menurut pengamat ekonomi Institut for Development of Economic and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati,daya saing produk mengalami penurunan.
"Rupiah yang semakin tertekan ini secara langsung membuat biaya produksi naik, makanya daya saing produk-produk kita ini jadi ikutan turun juga," kata Enny kepada ROL, selasa (16/6).
Ia menambahkan, keadaan tersebut malah akan membuat efek berbeda pada beberapa kasus yaitu membuat produksi lebih murah. Efeknya, kata dia, rupiah yang tertekan ini akan mengurangi juga produksi dalam negeri.
Selain itu, keadaan rupiah yang memburuk ini juga bisa terasa langsung oleh masyarakat luas. "Efek inflasi itu yang nantinya paling dirasakan oleh masyarakat, akhirnya kenaikan harga-harga barang jadi paling membebani masyarakat," jelas Enny.
Diketahui, berdasarkan data dari Bloomberg, level rupiah kini sudah menginjak Rp 13.348/ dolar AS yang dibuka pada pagi ini Rp 13.329/ dolar AS. Padahal, harga penutupan rupiah kemarin berada pada level Rp 13.326/ dolar AS.