REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha transportasi Eka Sari Lorena memprediksi jumlah penumpang angkutan jalan raya pada musim mudik lebaran 2015 akan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Jika pada lima atau sepuluh tahun lalu, Eka menjelaskan penurunan jumlah pemudik yang menggunakan moda transportasi umum darat tidak lebih dari dua digit, namun ia memprediksi untuk lebaran tahun ini akan menurun antara 20-30 persen.
"Kalau kita lihat dengan perlambatan ekonomi yang terjadi sejak November 2014 sampai hari ini, saya takut penurunannya sampai dua digit. Saat ini kita lihat kegiatan angkutan penumpang dan barang jalan raya untuk mudik itu penurunannya antara 20-30 persen, cukup banyak," ujarnya kepada wartawan di di Pasific Place, Jakarta, Rabu (17/6).
Ia menilai, banyak rekan-rekan pengusaha yang rada mengerem sambil melihat apa yang akan terjadi ke depannya sebelum memutuskan sesuatunya. Bahkan, kepada Eka, sejumlah pengusaha angkutan darat akan mengurangi armada yang digunakan untuk musim mudik lebaran tahun ini.
Eka menjelaskan, prediksi jumlah penumpang yang menggunakan angkutan darat pada lebaran nanti lantaran semakin banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan angkutan pribadi yang notabene ia nilai tidak cukup baik dari segi keamanan. Kemudian, maraknya angkutan ilegal juga menjadi faktor lainnya semakin menurunnya jumlah pemudik yang menggunakan angkutan umum darat.
Semakin bagusnya moda transportasi lain seperti KA juga menjadi alasan lain mengapa angkutan umum darat seperti bus semakin ditinggalkan para pemudik. Menurutnya, penurunan jumlah penumpang bus tidak akan terjadi jika pemerintah mampu menjalankan konsep intermoda yang baik dari segi platformnya. Ia menilai, jika sejumlah moda transportasi seperti KA dan bus bersinergi dengan baik maka akan baik bagi masyarakat karena saling melengkapi dan bukan saling berkompetisi, bahkan membunuh satu sama lain.
Yang terjadi saat ini, lanjutnya, banyak pengusaha-pengusaha angkutan penumpang dan barang darat yang kecil sudah pada tahap setengah gulung tikar lantaran biaya operasional yang terus meningkat akibat semakin mahalnya biaya sparepart dan juga nilai tukar rupiah yang terus melemah.