REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sering terlontar dari penceramah yang mengatakan ‘tidurnya orang berpuasa adalah ibadah’ yang mengacu pada hadist yang dikeluarkan oleh Imam al-Baihaqi dalam “Syu’abul iman” (3/415) dengan sanad beliau dari Sulaiman bin Amr, dari Abdul Malik bin Umair dan dari Abdullah bin Abi Aufa. Tetapi, siapa yang menyangka kalau ternyata hadist tersebut merupakan hadist palsu.
“Hadist tersebut semuanya bukan lemah lagi, hadist itu palsu. Selain palsu, hadist ini juga nyatanya malah dimanfaatkan oleh orang-orang untuk malas-malasan,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa Yaqub kepada ROL, Kamis (2/7).
Ali memaparkan, hadist tersebut terdiri dari 4 rangkaian, yakni Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan dan amalannya dilipatgandakan pahalanya. Tetapi, seluruh rangkaian hadist tersebut palsu.
Dia menambahkan, jika melihat dari sejarah, tidak pernah bulan Ramadhan ini dijadikan waktu untuk bermalas-malasan oleh umat Muslim. Salah satu contoh nyata adalah perang Badar yang merupakan titik kebangkitan umat Islam, terjadi di bulan Ramadhan.
“Kalau tidur itu ibadah, kenapa malah perang? Kenapa gak tidur aja? Itu berarti, dari sejarah di masa nabi dan sebagainya, Ramadhan bukan waktu untuk tidur-tiduran di siang hari,” tambah dia.