Desa yang berjarak 78 km dari kota Jakarta ini menyimpan banyak cerita. Terutama ketika melihat aspek pendidikan di dalamnya. Dari data yang dihimpun, terdapat 15 anak usia sekolah tidak mengeyam pendidikan di bawah usia 13 tahun. Sementara sebanayak 48 anak ada di usia sekolah SD/MI. Selebihnya, 14 anak di usia sekolah menengah pertama, dan dua anak di usia sekolah menengah atas tinggal diluar desa.
Desa tersebut di bawah wilayah administrasi Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Kondisi geografisnya, jalan masih tanah, menanjak dan berbatu. Letaknya yang berada dibalik bukit tidak ada akses listrik PLN. Karena sangat terpencil, kampung ini jauh dari sentuhan pembangunan dan pengembangan dari pemerintah, sehingga semua fasilitas yang ada hanya semampu yang dibangun oleh masyarakat sendiri.
Meski terdapat alam persawahan yang asri dengan landscape alam pegunungan masyarakat setempat kesulitan untuk membuka akses secara ekonomi. Hal ini membuat hasil bumi yang diolah masyarakat tidak dapat dijual dengan cepat karena jalan yang sulit dilalui kendaraan dan alat transportasi lainnya. Kondisi itu, di alami warga yang mata pencahariannya menjual daun pisang dan buah pisang ke kota kecamatan.
Sejak dikunjungi SJI, warga mulai terbuka untuk berkomunikasi. Warga mulai terobsesi bagaimana membuka akses jalan yang masih tertutup batuan gunung dan tanah tebing. Dengan tekadnya, warga berhasil membelah batuan, meratakan tanah tebing secara mandiri untuk akses jalan ke desa. Saat ini desa itu, sudah dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat kendati belum seluruhnya.
Menurut Andy Wenas, penanggung jawab kegiatan SJI Jabodetabek, jalan yang dilalui memang cukup sulit. Untuk bisa masuk ke lokasi ini, mobil-mobil mengalami kegagalan karena arus bensin tidak naik dengan baik. Beruntung cuaca di musim kemarau jatuh di Ramadhan tahun ini sehingga kesulitan bisa diatasi dengan baik.
E. Sulaeman, sesepuh di kampung itu, kedatangan Lazismu dan SJI sangat membantu warga, khususnya anak-anak yang masih di usia sekolah. Di sini tidak ada sekolah dasar negeri. Yang ada MI ini milik yayasan Sulaimani. Begitu juga dengan guru-gurunya. Di MI hanya ada empat guru mengajar secara bergantian di pagi dan siang hari.
Di hari Ahad (5/7) acara diisi dengan pembagian kado Ramadhan dan sembako berpusat di depan MI. Menurut Miftah warga setempat, anak-anak dikumpulkan sesuai hasil keputusan rapat Sabtu malam bersama SJI dan Lazismu. Barulah kemudian, Lazismu dan SJI berkeliling dari rumah ke rumah membagikan sembako bersama-sama. Selain itu, ada pula school kit yang langsung dibagikan kepada anak-anak Kampung Sukarasa.
Manager Program Lazismu Tatang Ruchiyat mengatakan paket kado Ramadhan dan school kit langsung dibagikan kepada anak-anak Kampung Sukarasa. “Masing-masing mendapat satu jadi tidak ada yang terlewatkan,” katanya.
Setelah itu, bantuan juga diberikan SJI kepada warga. Bantuan berupa donasi Rp 10 juta hasil dari donasi anggota SJI yang terkumpul untuk membantu warga membuat sumur air bersih. Kala bulan Ramadhan sudah usai, Lazismu bersama SJI berencana akan berkoordinasi untuk membantu warga membuat sumur air. Upaya ini akan terus dipantau dari penggalian dan pembangunannya yang akan dipusatkan di titik tertentu sebagai pusat atau sumber air bersih.