REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini (18/7) di Jayapura, puluhan tokoh lintas agama bertemu untuk merespons insiden penyerangan terhadap umat Islam di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua.
Para tokoh itu, antara lain, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua Ustaz Al Payage, Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Daerah Papua Toni Wanggai, Ketua Umum Masjid Raya Jamal Iribaram, Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Papua (PGGP) Pdt Herman Saud, dan Drs Wonmaly dari Gereja Betel Indonesia.
Selain itu, hadir pula sejumlah perwakilan unsur pemerintah dan militer, yakni di antaranya Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Tolikara Yusak Mauri, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Papua Kolonel Hendi, dan Ka Bintal dari Kodam XVII Cendrawasih.
Dalam keterangan pers yang diterima ROL, Sabtu (18/7), disebutkan, para tokoh menyesalkan terjadinya pembakaran mushola dan penyerangan terhadap umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri kemarin. Apalagi, insiden ini telah mengakibatkan korban jiwa.
"Mendesak kepada pihak yang berwenang agar segera menyelesaikan masalah tersebut dengan tuntas dan proporsional dengan memproses para pelakunya sesuai dengan hukum yang berlaku," demikian kutipan keterangan hasil pertemuan tersebut, Sabtu (18/7).
Para tokoh agama setempat juga menyerukan, di wilayah Indonesia tidak boleh ada umat agama yang mengklaim sebuah wilayah sebagai miliknya. Apalagi, sampai melarang-larang ibadah umat agama lain. Sebab, tindakan ini hanya akan merusak suasana toleransi antaumat.
"Mengimbau kepada seluruh masyarakat di Indonesia dan khususnya di Tanah Papua agar tetap tenang menjalankan aktivitas masing-masing dan tidak terprovokasi dengan isu yang tidak benar oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," tambahnya.
Para pemimpin umat beragama Papua juga mendesak Kepolisian agar meredakan suasana dengan tindakan tegas. Namun, tanpa menggunakan kekerasan sehingga skala konflik tak meluas, serta tidak berulang di kemudian hari.