REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kelompok Reclaim Australia kembali melakukan demo anti-Islam di 18 kota di Australia pada akhir pekan kemarin. Imam Besar Masjid New York Shamsi Ali menilai, demo anti-Islam yang terjadi di negara-negara yang mengaku demokratis sama halnya membuka borok mereka sendiri.
“Demo anti-Islam itu tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Islam tidak akan pernah bisa dihentikan dengan cara apa pun,” kata Shamsi Ali kepada Republika, Kamis (23/7).
Menurut dia, faktanya Islam akan semakin mengalami pertumbuhan ketika ditekan. Ia mencontohkan kerasnya penentangan dunia terhadap Islam pasca-tragedi 11 September di Amerika. Alih-alih meninggalkan Islam, yang terjadi justru sebaliknya. Perkembangan Islam semakin tidak terbendung.
Dai yang telah bertahun-tahun berdakwah di New York ini menyarankan supaya umat Islam tidak perlu terlalu khawatir dan menghabiskan energi menanggapi aksi mereka. Buktikan saja bahwa Islam tidak seperti yang mereka khawatirkan.
“Demo-demo anti-Islam yang terjadi di negara-negara yang mengaku demokratis dan menjunjung tinggi kebebasan beragama adalah membuka borok sendiri. Pengakuan menghargai kebebasan beragama ternyata hanya slogan yang jauh dari realita,” kata Shamsi Ali.
Pada Sabtu dan Ahad (18-19/7), para pendukung kelompok Reclaim Australia melakukan aksi demo anti-Islam di 18 kota di Australia. Dalam kampanye tersebut, mereka meminjam lagu dari sejumlah musisi.
Sejumlah musisi kemudian menyatakan penolakan, termasuk Jimmy Barnes, penyanyi band Cold Chisel. Ia melarang Reclaim Australia menggunakan lagunya dalam aksi-aksi mereka dan menyatakan sama sekali tidak mendukung aksi tersebut.