REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shalat Istisqa dinilai perlu menjadi pedoman nasional untuk mengatasi masalah kekeringan. Sebagai bentuk doa kepada Allah SWT untuk meminta hujan, shalat Istisqa menjadi wujud kesadaran beragama masyarakat.
"Manusia itu penuh keterbatasan. Kekuatan umat Islam adalah doa. Maka jika terjadi kekeringan di mana pun, penyelesaiannya selain upaya kemanusiaan yaitu dengan berdoa kepada Allah SWT," kata Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis kepada Republika, Senin (27/7).
Cholil menganggap, menjadikan Istisqa sebagai gerakan nasional kurang tepat. Ini mengingat tidak semua wilayah di Indonesia dilanda kekeringan. "Kalau suatu tempat masih kehujanan tidak bisa shalat Istisqa di sana," kata Cholil.
Alih-alih menjadi gerakan nasional, Cholil lebih sepakat Istisqa menjadi sebuah pedoman nasional dalam menghadapi kekeringan. "Jadi ini harus menjadi gerakan bahwa hidup ini tidak lepas dari kehidupan beragama. Jika terjadi kekeringan maka pedomannya selain kita berupaya melalui kemanusiaan yaitu dengan melaksanakan shalat Istisqa," ujar Cholil.
Cholil menyatakan, doa bisa diterima dengan beberapa syarat. Pertama, katanya, doa itu ikhlas karena Allah. Kedua, doa tersebut juga harus dibarengi dengan berbuat baik di agama Allah. Kemudian, kata Cholil, ada ikhtiar yang kuat. Ikhtiar tersebut, kata Cholil, yaitu dengan memerhatikan lingkungan, tidak menebangi pohon sembarangan, dan membuang sampah pada tempatnya.