Senin 27 Jul 2015 18:11 WIB

Tanggapan Editor Charlie Hebdo Soal Geert Wilders dan Pamela Gellar

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Bilal Ramadhan
Edisi Charlie Hebdo yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.
Foto: Reuters
Edisi Charlie Hebdo yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.

REPUBLIKA.CO.ID, HAMBURG--Editor majalah satir Prancis Charlie Hebdo telah menyatakan bahwa ia tidak akan mempublikasikan lagi kartun Nabi Muhammad. Pernyataan itu keluar setelah serangan teroris di kantor majalah yang menewaskan 11 warga sipil dan seorang polisi.

Namun, berbicara kepada majalah Stern yang berbasis di Hamburg, Laurent Sourisseau selaku kartunis dan editor penerbit mengaku senang karena ada orang lain yang berani mengangkat kepala terhadap kritik Islam.

Seperti Pamela Gellar dan Geert Wilders yang melakukan kompetisi kartun Muhammad. Bulan lalu, politisi Wilders mengatakan kepada Breitbart London, ia percaya setiap negara bisa menggambar kartun Muhammad.

"Anda harus dapat menggambarkan Muhammad tanpa hukuman mati. Kita hidup di Barat, bukan Arab Saudi atau Pakistan," katanya.

Sourissaeau mengaku masih percaya bila pihaknya masih memiliki hak untuk mengkritik semua agama. Ia muncul setelah rekan-rekannya dibunuh pada Januari lalu. Bahkan ia sendiri harus bertaruh kematian untuk menghindari sebagai target selanjutnya.

Sebelumnya sebanyak 12 orang tewas tahun ini di Paris, Prancis ketika kakak beradik Kata dan Cherif Kouachi menyerbu ke kantor Charlie Hebdo dan melepaskan tembakan ke para staf majalah. Editor Stephane Charbonnier serta kartunis terkenal mereka, Cabu tewas.

Hal ini membuat jutaan orang keluar ke jalan-jalan Prancis dan negara-negara Eropa lainnya sebagai protes terhadap ancaman Islam fundamentalis dengan menggunakan tagar #JeSuisCharlie yang artinya 'Saya Charlie'.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement