REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Umat Islam Belanda menyatakan keterkejutannya pada Kamis (23/11/2023), atas kemenangan pemilihan umum tokoh populis sayap kanan Geert Wilders, yang sebelumnya menyerukan anti-Islam, dengan larangan pembangunan masjid dan aturan syariah di Belanda.
Wilders dan Partai Kebebasannya (PVV) mengalahkan semua prediksi pemilu, pada Rabu (22/11/2023) malam dengan meraih 37 kursi dari 150 kursi di parlemen Belanda. Hasil ini jauh di depan kombinasi Partai Buruh/Hijau dan konservatif dari Perdana Menteri Belanda saat ini, Mark Rutte.
"Hasil pemilu ini sangat mengejutkan bagi Muslim Belanda. Kami tidak menyangka bahwa partai dengan program yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar negara hukum akan menjadi begitu besar," kata Muhsin Koktas dari organisasi Muslim CMO.
Jumlah umat Islam di Belanda mencapai sekitar 5 persen dari total populasi Belanda yang mencapai hampir 18 juta orang. "Ini merupakan pukulan yang harus saya terima," kata Abdessamad Taheri, seorang pekerja komunitas berusia 45 tahun di lingkungan Schilderswijk yang terdiri dari berbagai etnis di Den Haag kepada Reuters.
Mehdi Koc, seorang pemasang insulasi berusia 41 tahun, mengatakan bahwa ia terkejut dengan perolehan suara dominan ke PVV. Sementara Taheri mengatakan bahwa pemungutan suara tersebut mengirimkan pesan yang berbeda kepada umat Islam, meskipun emosi yang meluap-luap adalah kekecewaan.
"Sebagian pesannya adalah bahwa banyak orang yang xenofobia dan tidak menginginkan orang asing atau Muslim. Namun pesan lainnya adalah bahwa orang-orang sangat kecewa dengan 13 tahun pemerintahan Rutte," katanya.
Namun, Taheri, seorang anggota Partai Buruh, mengatakan bahwa ia tidak dapat memisahkan hal itu dari semua "hal-hal buruk" yang dikatakan Wilders tentang pelarangan jilbab dan penutupan masjid.
Setelah kemenangannya yang mengejutkan, Wilders mengatakan bahwa ia ingin menjadi perdana menteri untuk semua orang Belanda. Tetapi hal itu tampaknya tidak banyak membantu meredakan kekhawatiran tentang apa yang akan dilakukannya nanti.
"Jika Anda mengatakan ya kepada Wilders sekarang, maka Anda harus mengatakan ya nanti ketika dia menutup semua masjid, karena Anda tidak bisa kembali," kata Koc, memperingatkan bahwa Wilders tidak akan melupakan tujuannya.
Beberapa orang di Belanda berpikir bahwa sistem pemerintahan koalisi Belanda berarti Wilders harus berkompromi dengan pandangan-pandangannya yang paling radikal, seperti yang juga diprediksi oleh para analis politik.
"Dia tidak akan membuat undang-undang sendirian (partai-partai lain) akan bergabung dan mereka harus bekerja sama," ujar Kemal Yildiz, 54 tahun. "Ini akan baik-baik saja," kata Yildiz dengan keyakinannya.