REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menyatakan siap dengan berbagai sistem pemilihan pemimpin warga nahdliyin dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, baik secara sistem langsung maupun musyarawah mufakat atau ahlul halli wal ‘aqdi (Ahwa)
"Langsung ayo, musyawarah-mufakat ayo," kata Said di Jakarta, Selasa (28/7).
Sebelumnya, Said menyatakan dirinya siap untuk maju sebagai calon petahana menjadi Ketum PBNU.
Dia juga optimistis dengan peluangnya kembali memimpin warga nahdliyin. Selain itu, apabila kembali dipercaya memimpin NU dia berjanji untuk menjadikan NU menjadi ormas Islam yang mandiri atau tidak tergantung dengan pihak lain.
"Kami menekankan kemandirian agar tidak tergantung siapapun. Kami harus mengelola dengan baik NU yang besar ini," kata dia.
Said mengklaim, saat NU dipimpin olehnya selama lima tahun terakhir telah mengalami kemajuan yang berarti.
Beberapa prestasi yang paling menonjol adalah di bidang pendidikan dengan berdirinya 25 perguruan tinggi milik NU (bukan milik ulama perseorangan atau pesantren). Selain itu, berhasil didirikan 62 sekolah menengah kejuruan NU.
Masih dalam bidang pendidikan, NU di bawah kepemimpinan Said juga telah mampu mengirimkan lima mahasiswa Indonesia studi di Amerika Serikat, 10 di Turki, 10 di Australia, Maroko 45 dan 150 mahasiswa lainnya di berbagai negara.
NU, masih kata Said, juga memberikan beasiswa bagi pelajar dari luar negeri yang belajar di Indonesia, seperti dari Afghanistan sebanyak 20 orang dan Pattani, Thailand sebanyak 30 orang.
Untuk lembaga kesehatan milik NU juga telah memberikan kontribusinya dengan hadir di berbagai lembaga kemanusiaan untuk bencana di Indonesia.
Kendati demikian, Said Aqil mengakui masih terdapat beberapa kekurangan NU di bawah kepemimpinannya kendati dia tidak merincinya.