Rabu 29 Jul 2015 22:55 WIB

PB HMI: Ekstremisme Datang dari Konflik di Wilayah Lain

Red: Irwan Kelana
PM Inggris David Cameron berfoto bersama wakil lima ormas pemuda di pekarangan Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Jakarta, Selasa (28/7). Ketua Umum PB HMI Arief Rosyid Hasan (keempat dari kiri)
Foto: Dokumentasi PB HMI
PM Inggris David Cameron berfoto bersama wakil lima ormas pemuda di pekarangan Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Jakarta, Selasa (28/7). Ketua Umum PB HMI Arief Rosyid Hasan (keempat dari kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) M Arief Rosyid Hasan mengemukakan, bagi Indonesia, ekstremisme keagamaan sesungguhnya bukanlah masalah yang muncul dari dalam, melainkan merupakan perpanjangan pengaruh dari konflik  di wilayah lain, terutama Timur Tengah.

“Hanya karena membawa simbol dan sentimen keagamaan, kelompok seperti Al Qaeda, Taliban, atau belakangan ISIS, dapat menimbulkan simpati dan membangun sel-sel pengikutnya di Indonesia,” tutur Arief saat bersama wakil empat ormas pemuda lainnya bertemu Perdana Menteri Inggris David Cameron di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Jakarta, Selasa (28/7).

 

Arief mengungkapkan, kenyataan menunjukkan sasaran yang paling rentan terpengaruh dan menjadi pengikut kelompok ekstrem/radikal adalah kaum muda. Pertama,  karena kelompok usia ini masih labil dalam pegangan nilai keagamaan.