Sabtu 01 Aug 2015 08:44 WIB

Din: BPJS Bisa Ada Syariah dan Konvensional

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Julkifli Marbun
Din Syamsudin
Foto: Antara/Herman Dewantoro
Din Syamsudin

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Polemik mengenai BPJS Kesehatan yang dianggap haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), memang menjadi perbincangan hangat di berbagai media dan kalangan masyarakat.

Menanggapi hal ini, Ketua MUI Din Syamsudin menuturkan, agar pihak MUI segera bertemu dengan lembaga BPJS Kesehatan untuk segera membahas mengenai hal yang selama ini menjadi polemik.

Din menjelaskan, hasil putusan MUI mengenai BPJS Kesehatan yang termasuk haram, merupakan hasil pertemuan ulama komisi fatwa seluruh Indonesia yang diselenggarkan setahun sekali atau dua tahun sekali. Pembahasan yang dilakukan komisi fatwa berdasarkan masukan dari umat dan masyrakat kepada MUI.

"Maka bidang fatwa MUI menjawab. Dan semua jawaban yang diberikan MUI sudah pasti ada alasan-alasan keagamaannya," ujar Din Syamsudin, Sabtu (1/7).

Din juga menjelaskan, untuk program pemerintah seperti BPJS Kesehatan ini bisa dibagi menjadi dua hal layaknya program pengoperasiona Bank, yaitu adanya konvensional dan syariah.

"Tidak menutup kemungkinan program pemerintah bisa seperti ini," tegas Din.

Menurut Din, MUI tidak pernah menghalang-halangi kebijakn dan program pemerintah yang bertujuan positif seperti BPJS Kesehatan. Untuk itu dengan mengedepankan kearifan, MUI siap berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjadikan BPJS Kesehatan lebih baik dan bermanfaat kepada masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement