REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kelompok pemantau independen, Airwars, mengeluarkan laporan pada Senin (3/8), menyatakan serangan udara pimpinan Amerika Serikat melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menewaskan 459 warga sipil.
Kendati demikian, Airwars mencatat mereka kesulitan memverifikasi informasi tersebut di wilayah yang dikuasai ISIS. "Dalam konteks ini, kebijakan koalisi sekarang mengecilkan atau menyangkal semua klaim kematian yang bukan perang sebagai sesuatu yang masuk akal," kata laporan.
AS telah meluncurkan serangan udara di Irak sejak 8 Agustus dan di Suriah pada 23 September tahun lalu. Sebuah koalisi negara-negara bergabung untuk membantu pasukan darat memerangi ISIS. Untuk saat ini, koalisi telah meluncurkan lebih dari 5.800 serangan udara di Irak dan Suriah.
AS hanya mengakui membunuh dua warga sipil dalam serangan yakni dua anak yang kemungkinan terbunuh selama serangan udara melawan Alqaidah Suriah tahun lalu. Serangan yang sama juga melukai dua orang dewasa menurut penyelidikan yang dirilis pada Mei oleh militer AS.
Juru bicara koalisi AS Kolonel Wayne Marotto tidak membahas laporan secara langsung. Tetapi ia mengatakan "tidak ada militer lain di dunia yang bekerja keras seperti seperti mereka untuk menyerang dengan tepat sasaran.
"Ketika dugaan korban sipil yang disebabkan oleh pasukan, koalisi bertekad untuk menjadi kredibel, kami menyelidiki sepenuhnya dan berusaha untuk belajar dari itu untuk menghindari terulangnya kejadian," katanya dalam sebuah pernyataan email kepada Associated Press.