REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Erupsi dan luncuran awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, yang terjadi Selasa pagi hingga sore masih menyelimuti Kota Berastagi, Selasa (4/8). Aktivitas masyarakat tetap berjalan seperti biasanya.
"Warga masih tetap berjualan di pasar Berastagi dan tidak terpengaruh dengan erupsi Gunung Sinabung tersebut," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Jhonson Tarigan ketika dihubungi dari Medan, Selasa (4/8).
Namun, menurut dia, masyarakat yang melaksanakan aktivitas di luar rumah dan begitu juga pengemudi mobil, serta pengendara sepeda motor di Jalan Berastagi dan Jalan Letjen Djamin Ginting terpaksa mengenakan masker pengaman dari debu vulkanik Sinabung.
"Sampai sore tadi (Selasa, 4/8) debu vulkanik cukup tebal masih kelihatan beterbangan dan tidak mengganggu masyarakat yang berjualan dan pengemudi angkutan kota (Angkot)," ujar Jhonson.
Dia menyebutkan, debu vulkanik dan guguran awas panas Sinabung meluncur ke arah Timur-Tenggara, serta meliputi beberapa desa di Kecamatan Brastagi.
"Objek wisata Berastagi dan beberapa hotel bintang di daerah itu, ditutupi debu vulkanik dan para wisatawan juga tidak terganggu, serta tetap dalam keadaan aman," kata mantan Kabag Humas Pemkab Karo itu.
Data yang diperoleh, pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Sinabung mengalami kabut 0I dan asap putih tebal tinggi 200 meter. Teramati guguran lava pijar sejauh 700-1.500 meter ke arah Tenggara-Timur. Pada pukul 11.11 WIB, awan panas guguran sejauh 2.500 meter ke sektor Tenggara-Timur, tinggi kolom abu vulkanik 1.500 meter.
Kemudian, pukul 06.00-12.00 WIB, asap putih tebal setinggi 200-500 meter. Terjadi satu kali Awan Panas Guguran kearah Timur-Tenggara, jarak luncur 2.500 meter dan tinggi kolom abu vulkanik 1.500 meter. Jumlah pengungsi erupsi Gunung Sinabung tercatat sebanyak 11.114 jiwa atau 3.152 kepala keluarga (KK) dan masih ditempatkan di 10 lokasi penampungan di Kabanjahe.