REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menekankan aktualisasi program-program Muhammadiyah dari Majelis Tarjih untuk menjadi arah gerakan persyarikatan lima tahun ke depan. Haedar menilai, terdapat produk-produk majelis tarjih yang perlu diaktualisasi yaitu Fikih Air, Fikih Bencana, dan Fikih Al-Maun.
"Program-program ini harus diaktualisasikan menjadi program yang sifatnya praktis," kata Haedar kepada ROL, Rabu (5/8) malam. Terkait fikih air, kata Haedar, setelah menang dalam uji materi di Mahkamah Konstitusi, Muhammadiyah harus mengadvokasi kebijakan negara. Hal itu, ujarnya, merupakan bagian spirit jihad konstitusi tentang air.
Kandidat kuat anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020 itu mengatakan, air harus bisa dimanfaatkan untuk hajat hidup orang banyak. "Tidak boleh ada kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan itu," katanya.
Haedar mengatakan, dalam konteks kultural, harus ada kekuatan gerakan kebudayaan seperti penghematan air, air untuk pertanian, atau air untuk kehidupan. Intinya, air harus ditampung supaya tidak terjadi kekeringan. Hal itu menjadi gerakan konkret Muhammadiyah dalam konteks lingkungan.
Sementara dalam pergerakan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah perlu mengaktualisasi Fikih Al-Maun. Aktualisasinya, kata Haedar, yaitu dalam bentuk dakwah komunitas. Ia menjelaskan, selama ini terjadi kesenjangan kaum atas dan kaum bawah. Menurutnya, kaum atas harus didakwahi agar berpihak pada kaum bawah sementara kaum bawah perlu dibina agar menjadi berdaya.
Untuk itu, kata Haedar, perlu ada gerakan filantropi untuk menjadi institusi kaum atas. "Lazismu harus diperkuat untuk memfasilitasi kaum atas membantu kaum bawah," ujarnya.
Untuk kaum bawah, terang Haedar, perlu pekerjaan produktif. Lapangan kerja bisa dibangkitkan lewat UKM. Haedar mengaku, akan terjadi kesinambungan jika kaum atas bisa memberi investasi baik saham maupun modal kepada kaum bawah. "Saya Muhammadiyah bisa merealisasikannya," kata Haedar.
Haedar mengatakan, poin-poin strategis itu akan menjadi fokus gerakan praktis yang berimplikasi pada perubahan. Hal itu merupakan visi Muhammadiyah lima tahun ke depan. Ia mengaku Muhammadiyah dituntut mampu berperan dalam kehidupan umat manusia dan bangsa secara universal.
"Itulah amanat muktamar-muktamar sebelumnya."
Intinya, kata Haedar, ke depan harus ada transformasi berkesinambungan dan kualitatif. "Jaringan Muhammadiyah perlu lebih kuat baik internal maupun eksternal," ujarnya.