Jumat 07 Aug 2015 09:43 WIB

Ini Ciri-ciri Orang Beruntung

Rep: Ali Yusuf)/ Red: Damanhuri Zuhri
 Sebuah penelitian menemukan bahwa semakin banyak kandungan testosteron pada tubuh laki-laki, maka tingkat kejujurannya semakin tinggi.
Foto: Republika/Agung Supriyanto;
Sebuah penelitian menemukan bahwa semakin banyak kandungan testosteron pada tubuh laki-laki, maka tingkat kejujurannya semakin tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dai kondang, KH Surtisno Hadi mengatakan, amal-amal yang dikerjakan di bulan Syawal dan bulan-bulan lainnya, agar kita senantiasa menjadi orang yang beruntung yaitu orang yang pada akhir hayatnya dekat pada Allah SWT.

Kiai Hadi menyebutkan, orang yang beruntung dalam Alquran disebut dalam beberapa penyebutan. Pertama, Al-Muflihun seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah ayar 5. "Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung."

‎Kriteria orang yang beruntung seperti dijelaskan dalam Alquran yaitu mereka yang beriman dengan yang ghaib, menegakkan salat, menginfakkan sebagian rezeki yang diperolehnya dari Allah SWT, beriman pada kitab suci Alquran serta kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil, dan meyakini adanya akhirat sebagai sesuatu yang pasti.

Akan tetapi, sambung kiai Sutrisno Hadi, terkadang orang yang beruntung juga disebutkan dengan ungkapan lain yaitu al-faizun untuk menyebut kata faza-yafuzu-fawzan.

Terkadang juga kata ini diterjemahkan dengan sebutan orang yang sukses atau menang atau mendapatkan keberhasilan, seperti yang tertulis dalam Alquran surat At-Taubah ayat 20, QS.al-Mukminun ayat 111, QS.an-Nur ayat 52 dan  QS.al-Hasyr ayat 20.

‎Di antara ciri-ciri orang yang beruntung dalam konteks al-faizun ialah mereka yang bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjaga diri dari segala hal yang dapat menimbulkan murka ilahi.

Dengan demikian kita mesti senantiasa melakukan persiapan diri secara optimal dengan memperbanyak amal saleh untuk menyongsong hari esok yang lebih baik, dan menjadi orang yang tidak melupakan Allah SWT seperti yang ditulis dal QS.al-Hasyr ayat 18-19‎.

Sebaliknya, kata KH Sutrisno Hadi, orang yang ketika hidupnya tidak melakukan semua persiapan itu dengan baik disebut sebagai orang yang merugi (al-khasirun).

"Allah SWT mengingatkan kita semua dalam surat al-Ashr ayat 1-3, mereka yang merugi bila dalam hidupnya tidak beriman dan bersamal saleh serta tidak saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran,'' ujarnya.

   

Untuk itu, kiai Hadi menyarankan agar kita tidak menjadi orang yang merugi maka dibutuhkan kesediaan untuk secara serius melakukan upaya maksimal dengan menerapkan kembali seluruh ajaran Ramadhan.

Antara lain, shalat tepat waktu melatih kita selalu disiplin, berkata benar dan jujur melatih kita untuk memiliki kredibilitas yang tinggi, mendahulukan ibadat dari adat adalah ciri khas orang yang saleh baik secara ritual maupun sosial.

‎''Bila kita ketika Ramadhan lalu tidak secara baik mengamalkan semua ajaran dan teladan Rasulullah SAW, akan sulit diperoleh semua yang disebutkan di atas sebagai ciri orang yang beruntung,'' jelas kai Hadi.

Karenanya, kata dia, keberhasilan kita di bulan Ramadhan akan memicu kita untuk terus mempertahankan kontinuitas pengabdian hingga akhir hayat. ''Sebaliknya, bila kita tidak berhasil di bulan Ramadhan, akan sulitlah kita bisa menanjak di bulan Syawal ini,'' ujar kiai Hadi menambahkan.    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement