Kamis 20 Aug 2015 08:45 WIB

Manusia Pertama Menulis dengan Pena

Menulis (ilustrasi)
Menulis (ilustrasi)

Oleh Syahruddin El-Fikri

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Idris Alaihissalam (AS) adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah kepada kaumnya. Menurut sebagian riwayat, sebagaimana dikutip Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Idris diutus kepada kaum dari Nabi Syits AS atau keturunan Qabil, putra Nabi Adam AS, di wilayah Irak kuno.

Afif Abdul Fatah dalam bukunya yang berjudul Nabi-nabi dalam Alquran, mengutip sejumlah keterangan ulama, menyebutkan, Idris dilahirkan di Munaf (Memphis), Mesir, kemudian berdakwah menyiarkan agama Allah hingga wilayah Irak kuno. Kelompok lain berpendapat, Idris dilahirkan dan dibesarkan di Babilonia.

Al-Maghluts menyebutkan, Idris diperkirakan hidup pada tahun 4533-4188 Sebelum Masehi (SM). Usianya diperkirakan sekitar 345 tahun. Ada pula yang menyebutkan, usianya 308 tahun. Hal ini juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Qishash al-Anbiyaa' yang mengutip keterangan dari Ibnu Ishaq.

Nabi Idris AS, diakui oleh banyak ulama dan ahli tafsir, adalah seorang nabi yang memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan itu di antaranya adalah kemampuannya dalam menulis, menggambar, menjahit, dan menguasai ilmu perbintangan (astronomi).

Dalam kitab Tarikh al-Hukama disebutkan bahwa Idris bernama Hurmus Al-Haramisah. Namanya berasal dari bahasa Yunani, Armia. Kemudian, diistilahkan menjadi bahasa Arab, Hurmus. Dinamakan Hurmus karena ahli dalam ilmu perbintangan.

Dalam Alquran, namanya disebut dengan Idris karena Allah memuliakannya sebagai seorang utusan-Nya yang memiliki kepandaian dalam bidang ilmu pengetahuan dan rajin belajar (daras). Allah memberikannya 30 mushaf (shuhuf) sebagai bekal untuk diajarkan pada kaumnya.

Ibnu Ishaq menyatakan, Idris adalah manusia (orang) pertama kali yang menulis dengan pena. Rasul SAW bersabda, Dahulu, ada seorang nabi yang menulis dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barang siapa yang sejalan dengan tulisannya, demikian itulah (tulisannya). (HR Muslim).

Menurut Al-Maghluts, pada masa Nabi Idris, manusia sudah berbicara dalam 72 bahasa. Saat berdakwah kepada kaumnya, Idris sudah menggambar pembangunan kota-kota. Terdapat sekitar 188 kota yang dibangun di masanya.

Nabi Idris juga dikenal sebagai ahli astronomi (perbintangan) dan pakar bahasa. Dalam dunia modern, ilmu astronomi atau perbintangan baru ditemukan oleh Nicolas Copernicus (1473-1543 M). Sedangkan tokoh Muslim yang dikenal sebagai ahli astronomi adalah Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni (973-1041 M).

Mengenai wafatnya, tak ada keterangan perinci. Dalam Alquran disebutkan, Allah mengangkatnya ke ‘tempat yang tertinggi’. (QS Maryam [19]: 57). Dalam peristiwa Isra Mi’raj, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari, Rasul SAW bertemu dengannya di langit keempat

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement