REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keberadaan Alquran digital seakan menggantikan mushaf Alquran cetak yang kurang nyaman ditenteng kemana-mana. Meski Alquran digital belum ditashih (dikoreksi bacaannya), peminatnya kian banyak meski Kementerian Agama akan merevisinya.
“Lebih suka digital sih, lebih praktis buat aku yang kerja jadi bisa mobile, dimanapun aku bisa baca dan bisa tarjim (membaca terjemahan Alquran) dan tasmi’ (mengulang hafalan surah Alquran),” ujar salah satu akhwat, Dede, Selasa (25/8).
Wanita karier berusia 33 tahun ini, di sisi lain, merasa kaget karena hingga kini semua Alquran digital belum melalui proses pentashihan. Proses itu diperlukan bagi Alquran untuk divalidasi kebenaran bahasa Arab dan Indonesia oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMA).
“Ngeri juga sih untuk orang yang awam seperti aku. Tapi, aku berpikir isi yang ada di Alquran digital biasanya hasil convert data dari Alquran cetak," ujarnya.
Senada dengan Dede, Farhan Azzumar mengaku khawatir ketika mengetahui Alquran digital belum divalidasi. Beruntung, sampai hari ini ia merasa belum pernah menemui kesalahan dalam Alquran digital.
Tapi, mahasiswa berusia 21 tahun itu merasa Alquran cetak pun bisa saja salah seperti halnya Alquran digital.
"Alquran cetak bisa ada kesalahan cetak juga sih sama kayak Alquran digital kan bisa diretas gitu. Tapi, itu tugasnya pemerintah ya buat menjaga keaslian Alquran," ujarnya.
Di sisi lain, Kurnia Fakhrini mengaku lebih memilih membaca Alquran cetak karena lebih terbiasa. Apalagi ia sempat menemui kesalahan pada Alquran digital. Sehingga ia merasa tidak nyaman menggunakan Alquran digital.
"Enakan yang cetak karena bacanya lebih biasa, yang digital suka salah tajwid dan terjemahannya soalnya kan belum disempurnakan, ya," ujarnya.
Memang, penggunaan Alquran cetak yang telah biasa dibaca mengaji sejak masih kanak-kanak menjadi alasan khusus baginya.
Muslimah berusia 23 tahun tersebut mengatakan kesalahan Alquran digital kerap terjadi di bagian terjemahannya. Oleh karena itu, ia merasa harus lebih hat-hati ketika menggunaka Alquran digital.
"Iya harus hati-hati soalnya huruf digital kadang suka beda dari yang cetak. Pernah sih ada menemukan yang salah terjemahannya karena kurang huruf atau meleset kurang kata-katanya. Tapi kalau dari bahasa Arabnya tidak ada sih," ujarnya.
Ia berharap, Kemenag perlu segera bertindak guna menyertifikasi Alquran cetak dan digital.