Selasa 01 Sep 2015 19:28 WIB

BKPM Optimistis Industri Baja Semakin Baik

Rep: C03/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Artha Graha Network menandatangani Nota Kesepahaman Kerja Sama dengan China Steel Corporation (CSC) Group di Jakarta, Selasa (1/9) untuk pengembangan industri baja dan proyek lainnya di Indonesia.
Foto: dok AGN
Artha Graha Network menandatangani Nota Kesepahaman Kerja Sama dengan China Steel Corporation (CSC) Group di Jakarta, Selasa (1/9) untuk pengembangan industri baja dan proyek lainnya di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investor  yang menancapkan modalnya di Industri Baja kian bertambah. Teranyar dua perusahaan yakni China Steel Corp (CSC) Taiwan dan Artha Metal Sinergi ikut meramaikan sebagai investor di sektor industri baja.

Melihat hal ini, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani optimis prospek perkembangan industri baja ke depan semaki baik. Menurut Franky ini lantaran melihat proses konstruksi proyek investasi sektor baja yang terus berjalan.

 

"Dalam dua minggu ini saya menghadiri dua acara terkait realisasi investasi sektor baja, termasuk kerjasama antara CSC Taiwan dan Artha Metal Sinergi hari ini. Menurut saya, hal ini merupakan perkembangan yang positif bagi perkembangan industri baja indonesia kedepan, karena proses kontruksi sebuah proyek investasi memerlukan waktu 2 sampai tiga tahun. Artinya, kita bisa berharap melalui maraknya proyek investasi sektor baja yang saat ini sedang melakukan kontruksi, industri baja ke depan semakin berkembang," Kata Franky saat menghadiri penandatanganan kerjasama antara China Steel Corp (CSC) Taiwan dan Artha Metal Sinergi, Selasa (1/9).

Dari data BKPM mencatat sepanjang semester I 2015, terdapat sebanyak 157 proyek investasi baja yang sedang melakukan kontruksi. Dengan nilai investasi sebesar Rp 6,63 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 8052 orang.

Lebih lanjut dia mengatakan berkembangnya industri baja nasional juga diharapkan menyeimbangkan neraca perdagangan di sektor tersebut. Dia menyebut sudah ada sinyal baik terkait keseimbangan neraca perdagangan sektor baja, di mana impor baja pada periode januari sampai juni 2015 sebesar 3,44 miliar dolar turun 21,04 persen dibanding periode yanbg sama tahun 2014 sebesar 4,36 miliar dolar. Sebaliknya ekspor baja pada pada periode januari - juni 2015 sebesar 657,7 juta dolar naik 42,16 persen di bandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 462,6 juta dolar.

"Impor baja berkontribusi sebesar 5,66 persen dari total impor non- migas nasional. Bergeliatnya realisasi investasi sektor baja diharapkan dapat berkontribusi mengurangi impor baja di masa mendatang. Dalam 54 proyek masa investasi masa kontruksi yang sedang di pantau BKPM, terdapat industri baja yang berpotensi untuk mengurangi impor sebesar 343,2 juta dolar untuk produksi pada 2016," tuturnya.

 Terlebih lagi kata  kebutuhan baja semakin besar dimana pada tahun 2020 diproyeksikan kebutuhan baja mencapai 27 juta ton, naik dibandingkan proyeksi kebutuhan tahun 2015 sebesar 16 juta ton. Menurut data yang disampaikan ke BKPM.

CSC dan Artha Metal Sinergi bekerjasama untuk mendirikan pabrik baja berkapasitas 1 juta ton per tahun dengan nilai investasi 500 juta dolar. Pembangunan pabrik penggilingan baja untuk konstruksi ini akan dimulai pertengahan tahun depan dan merupakan tahap pertama kerjasama kedua perusahaan. Pada tahap kedua sekitar 2020.

Kerjasama ini akan bergerak lebih kehulu dengan kapasitas produksi pertahun sebesar 5 juta ton dan dapat ditingkatkan hingga 10 juta ton.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement