REPUBLIKA.CO.ID, BREMEN -- Laga antara Werder Bremen kontra Borussia Moenchengladbach dalam lanjutan Bundesliga 2015/2016 di Weser-Stadion, Bremen, Ahad (30/8), memasuki menit ke 88. Bremen yang tengah unggul 2-1 atas sang tamu memperoleh hadiah penalti seusai pelanggaran penggawa Gladbach, Granit Xhaka. Felix Kroos, gelandang Bremen, bersiap melakukan eksekusi penalti.
Namun, tak dinyana. Eksekusi Kroos melebar ke sisi kanan gawang Gladbach yang dikawal Yann Sommer. Beruntung hingga akhir pertandingan, Bremen tetap unggul 2-1 dan sukses mengamankan tiga poin.
Kegagalan Kroos memantik keingintahuan penulis terhadap asal usul si pemain. Lantaran kesamaan nama belakang dengan andalan tim nasional Jerman maupun Real Madrid, Toni Kroos. Setelah ditelisik, benar saja.
Felix merupakan adik kandung Toni. Ayah mereka, Roland Kroos, pelatih klub Hansa Rostock II. Felix dan Toni sama-sama memulai karier di klub yang berada di kota kelahiran mereka yaitu Greifswalder.
Tepatnya pada 1997 sampai dengan 2002. Setelah itu, Felix, kelahiran 12 Maret 1991 dan Toni, kelahiran 4 Januari 1990, hengkang ke Hansa Rostock. Di Rostock, perputaran nasib adik kakak ini dimulai.
Tepat pada 2006, Toni direkrut oleh klub terbesar Jerman Bayern Muenchen. Setelah menjalani masa-masa di tim muda Muenchen, Toni pun dipromosikan ke tim senior jelang musim 2007/2008. Momen-momen indah pun menyertai Toni seiring waktu.
Sempat menjalani masa peminjaman di Bayer Leverkusen (2009-2010), Toni semakin matang. Bersama Bastian Schweinsteiger, Toni menjadi pilar lini tengah Muenchen. Puncak prestasi tentu hadir pada musim 2012/2013 kala Die Roten merebut trigelar sekaligus yaitu Bundesliga, DFB Pokal serta Liga Champions.
Kiprah apik Toni menular ke level tim nasional. Secara reguler, Toni menjadi jantung lini tengah sejak Piala Eropa 2012. Prestasi terbaiknya tentu mengantarkan Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014.
Setelah itu, Toni pun hengkang ke Real Madrid. Memulai petualangan baru di Negeri Matador. Lalu, bagaimana dengan Felix?
Ketika Toni hengkang ke Muenchen pada 2006, Felix masih bertahan di Rostock. Tiga tahun berselang, Felix melakoni debut profesional bersama Rostock di DFB Pokal kontra Vfl Wolfsburg.
Setelah Rostock terdegrdasi, per 2010, Felix pindah ke Werder Bremen. Kontrak tiga tahun ditandatangan. Sampai musim 2015/2016 bergulir, Felix baru tampil sebanyak 57 kali dengan raihan satu gol.
Tak ada prestasi signifikan yang dipersembahkan Felix. Di level timnas, Felix hanya wara wiri di kancah U-16 sampai U-21. Belum pernah sekalipun Felix bermain untuk timnas senior.
Kisah lain
Sebenarnya, cerita tentang beda nasib adik kakak di persepakbolaan dunia, bukan sesuatu yang mengherankan. Sudah banyak contoh lain yang terpapar. Publik penggemar si kulit bundar tentu tidak ada yang tidak mengenal Diego Armando Maradona.
Legenda timnas Argentina. Gelar juara Piala Dunia 1986 harus diakui adalah hasil kerja keras Maradona. Termasuk momen 'gol tangan Tuhan' yang begitu fenomenal.
Di level klub, karir Maradona tergolong apik. Lantaran pernah membela klub-klub papan atas Eropa seperti Napoli. Lalu, siapa Hugo Maradona? Hugo merupakan adik kandung Diego.
Seperti Diego, Hugo juga pesepakbola. Namun, karirnya tak secemerlang sang kakak. Hugo hanya bermain di klub-klub sekelas Ascoli (Italia), Rayo Vallecano (Spanyol) hingga Rapid Vienna (Austria).
Setali tiga uang dengan di timnas. Hugo hanya unjuk peran di level U-16 pada tahun 1985. Itu pun Argentina tak menjadi pemenang.
Contoh lainnya tampak pada kakak beradik Michael dan Brian Laudrup. Keduanya ditahbiskan sebagai legenda Denmark. Piala Eropa 1992 menjadi salah satu dasar di balik penilaian tersebut.
Hanya saja, sebagaimana Felix-Toni Kroos maupun Diego-Hugo Maradona, perbedaan nasib mengiringi karir sepak bola Michael dan Brian. Michael menjadi pilar di sederet klub top Eropa seperti Juventus, Barcelona hingga Real Madrid.
Sementara Brian, meski sempat membela Bayern Muenchen, dirinya hanya bermain di klub-klub yang levelnya lebih rendah ketimbang klub-klub yang diperkuat Michael. Ambil contoh Fiorentina, Glasgow Rangers, maupun Copenhagen.