REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan jeda siang dengan pelemahan. IHSG sementara turun 0,206 persen atau minus 9,014 poin ke level 4.371,306.
Malemahnya mayoritas indeks saham sektoral masih mewarnai perdagangan, Senin (21/9). Hanya ada tiga indeks saham sektoral yang menguat, yang dipimpin indeks saham di sektor infrastruktur, yaitu sejauh 0,436 persen. Itu dilanjut indeks saham di sektor perdagangan jasa dan investasi naik 0,164 persen dan indesk saham sektor agri naik 0,007 persen.
"Meningkatnya kembali risiko pasar saham global dan kondisi perekonomian domestik yang cenderung memburuk menyusul depresiasi rupiah atas dolar AS yang mendekati Rp 14.500 membuat pergerakan IHSG awal pekan ini rawan koreksi," kata Analis First Capital Asia (FAC), David Sutyanto, Senin (21/9).
Di pasar spot, hari ini rupiah kembali menunjukkan pelemahan. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah merosot 82,5 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.457 per dolar AS pada pukul 12.15 WIB.
Hal ini lebih rendah dibanding saat pembukaan yang menempatkan rupiah pada level Rp 14.410 per dolar AS. Sementara, pada penutupan sebelumnya rupiah berada di level Rp 14.374,5 per dolar AS.
Namun, berdasarkan Kurs Jakarta Interbank Sport Dollar Rate (Jisdor), rupiah justru menguat 12 poin. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), Jisdor berada di level Rp 14.451 per dolar AS.
Penguatan lanjutan IHSG akhir pekan lalu menyusul aksi ambil untung pemodal di tengah masih berisikonya iklim pasar. IHSG pada Jumat (18/9) akhirnya ditutup flat di 4.380,320 setelah sempat menguat 33 poin di sesi pertama.
David mengatakan risiko pasar kini kembali meningkat setelah The Fed memutuskan kembali menahan tingkat bunganya. Itu terutama terkait ekspektasi atas pemburukan perekonoman global.
"Sentimen pasar yang menggerakkan IHSG pekan kemarin terutama didominasi sentimen eksternal mengantisipasi putusan The Fed mengenai tingkat bunga," lanjut David.