Oleh: Moch Hisyam
Seorang wanita datang kepada Hatim bin Yusuf menanyakan suatu masalah. Ketika sedang bertanya, tiba-tiba wanita ini tanpa sengaja kentut. Merahlah wajah wanita itu karena malu.
Namun, Hatim malah berkata, "Keraskanlah suaramu, aku kurang bisa mendengar (seakan-akan ia tidak mendengar suara kentut wanita tersebut)." Mendengar ucapan Hatim bin Yusuf, wanita tersebut merasa senang, rasa malunya hilang karena ia yakin suara kentutnya tak terdengar oleh Hatim. Padahal, pendengaran Hatim masih normal, hanya saja berpura-pura agar wanita itu tidak kecewa karena malu.
Sepenggal kisah Hatim bin Yusuf yang termaktub di kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar Asqalani ini menunjukkan kemuliaan sikap Hatim yang menutupi rasa malu (aib) seorang wanita yang tanpa sengaja kentut di hadapannya dengan berpura-pura tidak mendengar suara kentutnya sehingga kehormatan wanita tersebut tidak jatuh yang menjadikannya merasa senang. Dari kejadian ini, Hatim dijuluki sebagai Hatim as Asham, yaitu hatim yang tuli.
Sikap Hatim bin Yusuf tersebut harus kita teladani. Kita harus berupaya menutupi aib saudara-saudara kita ketika aibnya terbuka atau diketahui oleh diri kita. Jangan sampai, aib saudara kita itu tidak kita tutupi, apalagi menyebarkan aibnya.
Setiap insan tidak luput dari aib karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dan, aibnya itu bisa terbuka kapan dan di manapun ia berada. Sikap yang terbaik yang harus kita lakukan saat aib saudara kita terbuka adalah dengan menutupi aibnya.
Menutupi aib orang lain merupakan sikap yang mulia. Orang yang berupaya menutupi aib saudara-saudaranya adalah orang yang mulia dan akan mendapatkan keutamaan. Keutamaan yang akan didapatkan ketika menutupi aib orang lain akan menjadikan aib kita ditutup oleh Allah SWT, baik ketika kita di dunia maupun akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, "Dan, barangsiapa yang menutupi (aib) seorang Muslim sewaktu di dunia maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya, Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya." (HR Tirmidzi).
Selain itu, menutupi aib saudara kita seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup." (HR Abu Daud).
Lebih daripada itu, akan mengantarkan kita masuk ke dalam surga-Nya. Ath-Thabrani meriwayatkan dalam al-Ausath dan ash-Shaghir dengan sanadnya dari Abu Sa'id al-Khudri RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang Muslim melihat aurat (cacat) saudaranya lalu menutupinya kecuali pasti akan masuk surga."
Untuk itu, jika kita mendapati aib saudara kita terbuka, mari kita upayakan untuk menutupnya agar kehormatannya terjaga dan hubungan persaudaraan kita dengannya tetap terjaga dan Allah SWT menutupi aib kita, menjaga kehormatan kita, dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya.