REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Aqeela Asifi, seorang pengungsi sekaligus guru asal Afghanistan meraih Nansen Refugee Award 2015 dari Badan Pengungsi PBB (UNHCR). Perhargaan setahun sekali ini diberikan untuk seseorang atau sekelompok orang yang dianggap berjasa atas nama pengungsi.
Lewat keberanian dan tekad yang luar biasa melawan segala rintangan, Aqeela Asifi diakui atas dedikasinya selama lebih dari 20 tahun di pengasingan. Perempuan Afghanistan berhasil mewujudkan misinya untuk memberi pendidikan bagi anak-anak perempuan pengungsi Afghanistan di desa pengungsi Kot Chandana, Mianwali, Pakistan.
Sementara, pada saat yang sama, dirinya mengatasi perjuangan hidup di tengah pengasingan. Demikian diungkapkan badan pengungsi PBB, selepas upacara penghargaan di Jenewa, Senin (5/10), dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (6/10).
Pada upacara tersebut, Asifi menuturkan, ketika pertama kali mendirikan sekolah, ia mengaku tidak terlalu optimistis. Keberhasilan ini di luar harapannya. Perempuan itu mengaku hanya mencita-citakan sebuah perdamaian. Menghindari budaya perang dan senjata, menggantikannya dengan budaya pena dan pendidikan. “Itulah satu-satunya cara, saudara-saudaraku, yang dapat kita lakukan untuk membawa perdamaian dan kemakmuran bagi negara kita,” kata Asifi.
Menampilkan Asifi sebagai pemenang penghargaan, Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi, Antonio Guterres menilai guru memainkan peran penting dalam kehidupan transformatif seorang anak. Dalam kasus Aqeela Aifi ini, dia telah memberi ratusan gadis muda kesempatan untuk bermimpi tentang masa depan yang lebih baik.
PBB mencatat, Afghanistan telah mengalami krisis pengungsi terbesar di dunia. Lebih dari 2,6 juta warga Afghanistan saat ini masih tinggal di pengungsian, sementara lebih dari setengahnya adalah anak-anak.