Rabu 14 Oct 2015 11:05 WIB

Goyahnya Iman Warga Katolik Lereng Merapi

Rep: C38/ Red: Indah Wulandari
Salah satu kegiatan muallaf center Yogyakarta
Foto: mualaf center
Salah satu kegiatan muallaf center Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 49 warga Katolik di Sawangan di lereng Merapi bersyahadat, Jumat (9/10) lalu. Seraya memegang Alquran dan mengangkat telunjuk ke atas, warga desa dipandu komunitas Muallaf Center Yogyakarta (Tim MCY) untuk bersyahadat.

“Saya, tim MCY, dan Steven Indra, berangkat ke atas (Lereng Merapi) untuk mensyahadatkan. Kabarnya 40 orang, ternyata yang hadir 49 orang. Masya Allah,” kata Ketua Muallaf Center Yogyakarta, Amrullya, kepada Republika.co.id, Rabu (14/10).

Seperti tampak dalam video yang diunggah di laman Facebook Muallaf Jogja, suasana haru dan bahagia menyelimuti proses tersebut.

Amrullya pun mengisahkan kegiatan dakwah tim MCY di lokasi rawan pemurtadan tersebut. Awalnya, tutur Amrulya, Tim MCY sering mengadakan aktivitas di Lereng Merapi. Komposisi Muslim di desa itu hanya 17 persen, sisanya Katolik.

Tim MCY menggelar tabligh akbar, dengan tema nikmatnya iman dan Islam. Karena diadakan di lapangan terbuka, semua warga desa bisa mendengar isi tabligh akbar. Terakhir, tim mengadakan penyembelihan hewan kurban saat Idul Adha 1436 H. Daging kurban itu tidak hanya dibagikan kepada orang Islam, tapi semua warga desa disana.

Aktivitas dakwah itu rupanya berbuah manis. Sebelum mensyahadatkan 49 orang,  Tim MCY sudah lebih dulu mensyahadatkan 31 orang pada Ahad, 4 Oktober lalu. Salah satu tokoh agama Katolik disana menghubungi Tim MCY menyatakan keinginannya masuk Islam, kemudian disusul warga-warga lain.

“Waktu pertama itu, saya sendiri yang mensyahadatkan, didampingi teman-teman. Haru dan bahagia disambut dengan takbir. Masya Allah,” kata dia.

Kabar masuk Islamnya 31 warga Katolik di daerah itu rupanya terdengar sampai ke telinga seorang tokoh agama Katolik di Pacitan. Tokoh itu juga memiliki daerah binaan di lereng Merapi. Mereka merasa goyah.

Amrullya mengaku terharu menyaksikan banyaknya warga desa Lereng Merapi yang tergugah masuk Islam. Padahal, pihaknya tidak pernah mengajak atau mendoktrin warga untuk masuk Islam. Walaupun ada banyak mantan pendeta, pastur, bahkan biarawati di Tim MCY, jelas Amrullya, mereka tidak membanding-bandingkan Islam dengan agama lain.

Menurutnya, cukup dengan mengenalkan ketuhanan Islam tanpa harus membandingkan, warga sudah bisa berpikir.

“Namanya hidayah Allah, datangnya bermacam-macam. Ada yang karena melihat dari sikap, banyak faktor. Nah, mungkin hidayah itu mereka dapat karena melihat ukhuwah kita, melihat keindahan Islam, begitu mulianya Islam, mulai dari tabligh akbar, kebersamaan, arti kurban, dan seterusnya. Mungkin itu salah satu yang mengetuk hati mereka,” pungkas Amrullya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement