REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk mencatat penurunan laba bersih sebesar 6,24 persen pada kuartal III-2015. Laba bersih tercatat sebesar Rp 696,49 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 742,89 miliar.
Direktur Bisnis Menengah dan Korporasi bankjatim, Suu'di, mengatakan, penurunan laba disebabkan kondisi ekonomi yang mengalami perlambatan sehingga bank harus meningkatkan dana pencadangan. Dana pencadangan naik 60,23 persen, sehingga coverage ratio menjadi 84 persen.
"Coverage ratio kita tingkatkan, sehingga laba lebih turun," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (20/10).
Menurutnya, bankjatim harus berhati-hati menjalankan bisnis perbakan karena situasi ekonomi yang kurang bagus. Peningkatan coverage ratio untuk mengendalikan kredit bermasalah. Sedianya, pertumbuhan laba ditargetkan naik 15 persen sampai akhir tahun. Su'udi optimistis target tersebut masih bisa tercapai, karena bank sudah melakukan ekspansi. Salah satunya, kerjasama dengan BPR untuk penyaluran kredit dan ada beberapa sindikasi. Selain itu, kredit yang disalurkan disbursment loan mulai membaik, yang dulunya nondisbursment loan sekarang mulai jalan.
Su'udi menyebutkan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) gross naik menjadi 4,22 persen dari sebelumnya 3,34 persen pada kuartal III-2014.
Untuk mengendalikan NPL, ada beberapa kebihakan yang diambil direksi. Antara lain, membentuk divisi baru yang khusus menangani kredit bermasalah, bernama divisi risiko kredit. Fungsinya, menyelesaikan kredit bermasalah dengan cepat dan sebagai internal kontrol. Divisi tersebut juga ikut menilai apakah kelayakan proyek bagus. Selain itu, bankjatim juga membentuk tim reatrukturisasi.
"Beberapa bank juga ambil langkah seperti itu, karena sekarang ini harus lebih prudent. Kami menargetkan pada akhir tahun angka bisa turun menjadi 3,68 persen," ucapnya.