Sabtu 24 Oct 2015 11:52 WIB

'Tanpa Ada Resolusi Jihad tidak Ada Kemerdekaan RI'

Sejumlah seniman menampilkan pertunjukan teatrikal Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) di Monumen Nasional Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/10) malam.
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Sejumlah seniman menampilkan pertunjukan teatrikal Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) di Monumen Nasional Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/10) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Cendekiawan muda Nahdlatul Ulama Bogor Ahmad Fahir menegaskan bahwa Resolusi Jihad NU adalah bukti sumbangsih besar kaum santri dalam memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan Indonesia.

"Para santri dan ulama berada di garda terdepan perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dengan darah dan nyawa," katanya di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/10).

Untuk itu, katanya, penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo sebagai hal yang amat wajar dan semestinya.

"Itu sebagai wujud pengakuan pemerintah atas jasa-jasa santri dan para ulama dalam perjuangan panjang mengusir penjajah dari bumi NKRI," kata pendiri dan penggagas Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Institut Pertanian Bogor (IPB), yang kini menjabat Ketua Yayasan At-Tawassuth.

Yayasan itu bergerak dalam advokasi nilai-nilai moderat dalam kehidupan keagamaan.

Ia "resolusi jihad" yang dikeluarkan Rais Akbar NU Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ary adalah tonggak sangat penting dalam sejarah perjalanan bangsa.

"Tanpa ada Resolusi Jihad tidak ada peristiwa 10 November, dan tanpa peristiwa heroik 10 November, tidak ada kemerdekaan RI," katanya.

Sementara itu, Pengasuh Pesantren Ar-Ruhama KH Saepul Milah menambahkan ratusan santri dari berbagai pesantren di Ciomas, Kabupaten Bogor memperingati peristiwa Resolusi Jihad NU pada 1945, serta penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo dengan menggelar rangkaian kegiatan selama tiga hari penuh.

Peringatan penetapan Hari Santri diprakarsai bersama oleh Pesantren Ar-Ruhama, Pesantren Al-Fatah, Ciomas, dan Yayasan At-Tawassuth. Kegiatan dimulai dengan ziarah bersama ke makam para ulama dan raja-raja Sunda, Rabu (21/10).

Ziarah bersama diikuti oleh 60 orang santri dan masyarakat sekitar Pesantren Ar-Ruhama, yang terletak di Kampung Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas.

Ada empat lokasi pemakaman keramat yang diziarahi. Pertama, kawasan Cagar Budaya Salaka Domas (Gunung Salak), Kampung Cibalay, Desa Tapos I, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Kawasan Salaka Domas atau Cibalay dikenal sebagai petilasan Raja-raja Sunda sejak zaman megalitikum hingga era Kerajaan Salaka Nagara, Taruma Nagara, dan Pajajaran. Kawasan ini dikenal sebagai kompleks situs megalitik paling kuno, berusia lebih dari 6.000 tahun.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement