REPUBLIKA.CO.ID, Keceriaan pada hari libur generasi anak-anak Indonesia pada dekade 80-an, terasa semakin sempurna salah satunya berkat film Unyil karya Pak Sujadi alias Pak Raden. Saat itu anak-anak jelas penasaran sama sosok yang setiap Minggu menjelang siang selalu nongol di televisi dengan gaya kumis melintang serta kerapkali mengaku orang berdarah priyayi dengan nama lengkap: Raden Mas Singolelono Jalmowono.
Semakin besar anak-anak pun mulai tahu siapa nama orang itu dengan membaca tulisan namanya di filer ketika tayangan film boneka itu akan berakhir. Orang menyebutnya dengan Suyadi, tapi anak-anak ada membacanya dengan Sujadi (sesuai lafal dalam ejaan Indonesia lama).
‘’Aduh bu, encok bapak kumat lagi…!,’’ begitu jawaban mengelak Pak Raden setiap kali ditegur isterinya karena tidak berangkat kerja bakti membersihkan jalan dan got di desa Sukamaju. Adegan lainnya yang menarik perhatian di film itu adalah ketika Pak Raden marah-marah kepada anak-anak; Ucil, Unyil, dan Usro karena buah mangga di depan rumahnya dicuri mereka. Dengan memakai bahasa Belanda dia memarahi anak-anak itu.
Selain itu, Pak Raden meski kerap ‘terserang darah tinggi, dia ternyata suka bernyanyi. Dalam beberapa episode Pak Sujadi, eh Pak Raden ikut menyumbangkan suaranya diiringi ‘Band Dekil’ yang dipimpin Unyil. Lagunya, ‘Geef Mij Mar Nasi Goreng’, karya bule Belanda kelahiran Surabaya: Tante Lien (Johana Theodora ‘Wieteke’ van Dort).
"Geef mij maar nasi goreng meeteen gebakken e
wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij, ..
geen lontong..en niets smaakt hier pedis, gen trassi, schroeiden, banden, en geen tahoe petis, kwee lapis, onder-onde, geen ketela of ba-pao, geen sroendeng, green goela-djawa, daarom ja, ik zeg nou..,’’begitu Pak Raden melagukannya dengan suara khas serak basahnya."
Ketika kian bertambah besar, anak-anak pun tahu bahwa yang Pak Radenlah yang membuat boneka itu. Mengenai wajah siapa yang digambar, ternyata kemudian diketahui wajah para sahabat dan orang-orang yang ada disekitarnya. Istilah ‘Cepek Dulu Dong’ yang selalu dikatakan ‘Pak Ogah’ setiap kali dimintai tolong, juga berasal dari ide Pak Sujadi yang alumni ITB itu. Harap diketahui, serial Unyil ini selain sangat terkenal dan pernah pula difilmkan di layar lebar, dulu tayangan ini pun sempat meraih penghargaan Unesco.
Tentu saja setiap kali tayangan film boneka itu sampai pada bagian Unyil dkk mengucapkan salam perpisahan ‘Sampai Jumpa lagi teman-teman’, maka pada saat itu perasaan anak-anak segera menjadi sedih. Dan biasanya pekik ‘Merdeka’ yang Unyil teriakan diakhir tayangan itu, ikut juga ramai-ramai diteriakan bersama para pemirsa kecil yang dari semenjak pagi sudah menunggunya di depan televisi.
Kini orang yang selalu ‘mengeluh encok itu’ sudah pergi…Selamat jalan Pak Raden.. terima kasih atas karyamu yang indah itu…
Tet teretet tetet..
Cis kacang buncis keclek…
Sambel petis e bukan pecel..
Anak manis e jangan bandel...
Unyil kucing…
Merdeka..!