Selasa 03 Nov 2015 21:39 WIB

Ini Lima Tokoh Utama di Balik Skandal Piala Dunia Jerman

Franz Beckenbauer.
Foto: Reuters
Franz Beckenbauer.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN  --  Polisi hari ini menyerbu markas besar Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) dan rumah para pejabat puncaknya atas tuduhan penghindaran pajak yang menyelimuti pembayaran 6,7 juta euro kepada FIFA dalam hubungannya dengan Piala Dunia 2006.

Skandal yang melanda sepak bola Jerman itu pecah setelah majalah Der Spiegel bulan lalu melaporkan uang suap kepada anggota komite eksekutif FIFA demi mengamankan hak tuan rumah Piala Dunia.

Para pejabat puncak sepak bola Jerman, termasuk Ketua DFB Wolfgang Niersbach, membantah tudingan itu, sedangkan para jaksa mengaku kini fokus pada dakwaan penghindaran pajak dan tidak bisa melancarkan gugatan korupsi karena statuta pembatasan. Berikut lima tokoh kunci di balik skandal itu, beserta pernyataan-pernyataan mereka:

- Wolfgang Niersbach

Pria berusia 64 tahun ini menjadi Presiden DFB pada Maret 2012 setelah menjadi direktur media dan sekretaris jenderal badan sepak bola Jerman itu.

Niersbach membantah tudingan bahwa uang itu digunakan untuk membeli suara demi mengamankan hak menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006.

Dia tidak membantah pembayaran sebesar 10,3 juta franc Swiss (6,7 juta euro) pada 2002 kepada FIFA, namun menyatakan uang itu untuk mengamankan subsidi 170 juta euro dari DFB untuk penyelenggaraan Piala Dunia 2006. "Tidak ada uang panas, tidak ada pembelian suara," tegas dia seraya mengaku sudah mengkhawatirkan isu itu sejak Juni.

-Theo Zwanziger

Pengacara berusia 70 tahun ini adalah Presiden DFB sewaktu Piala Dunia 2006, sebelum digantikan Niersbach pada 2012. Dia juga menjadi wakil ketua komite penyelenggara Piala Dunia 2006.

Zwanziger menegaskan ada uang panas untuk membeli suara untuk ketuanrumahan Piala Dunia 2006 dan menuduh Niersbach berbohong. "Jelas ada uang panas pada proses bidding Piala Dunia Jerman," kata dia kepada Der Spiegel.

"Juga jelas Presiden DFB saat ini (Wolfgang Niersbach) telah mengetahui hal ini pada 2005, dan bukan hanya beberapa pekan lalu seperti dia akui," sambung Zwanziger. "Dari yang saya lihat, Niersbach berbohong." Zwanziger mengaku mempunyai bukti yang mendukung tudingannya.

- Horst Schmidt

Schmidt adalah sekretaris jenderal DFB sampai 2007, juga menjadi wakil presiden eksekutif komite Piala Dunia Jerman pada 2001-2006.

Zwanziger mengaku ada perbincangan telepon antara dia dengan Schmidt di mana Schmidt mengatakan mantan wakil presiden FIFA Mohamed Bin Hammam menerima jutaan dolar dari uang panas itu.

"Keterlaluan Theo Zwanziger telah mengungkapkan isi pembicaraan telepon pribadi," kata Schmidt. "Nama Bin Hamman memang disebut, tapi saya tidak mengatakan dia penerima uang itu. Saya sungguh tak tahu soal itu."

-Franz Beckenbauer

The Kaiser menjadi kapten Timnas saat Jerman merebut Piala Dunia 1974 dan menjadi pelatih 'Die Mannschaft' saat menjadi juara dunia pada Piala Dunia 1990 di Italia.

Pria berusia 70 tahun ini adalah ketua komite penyelenggara Piala Dunia 2006 yang sukses memimpin kampanye membawa Piala Dunia ke Jerman. Seperti Niersbach, Beckenbauer berulang kali membantah pembelian suara, namun mengaku keliru.

"Untuk memperoleh jaminan FIFA, kami menerima satu proposisi yang berasal dari komisi keuangan FIFA bahwa pihak-pihak terkait seharusnya menolaknya," kata 'Kaiser'. "Sebagai  presiden komite penyelenggara saat itu, saya bertanggung jawab atas kekeliruan ini."

Secara terpisah, Beckenbauer juga diselidiki FIFA, kendati badan sepak bola dunia itu tidak secara khusus menjelaskan alasannya.

-Guenter Netzer

Mantan gelandang Jerman Barat yang sudah berusia 71 tahun itu adalah duta besar untuk Piala Dunia 2006 dan telah mengambil langkah hukum untuk mencegah Zwanziger menyampaikan komentar lebih jauh mengenai dirinya.

Zwanziger menuduh Netzer adalah orang pertama yang berkata kepadanya bahwa suara empat wakil Asia pada komite eksekutif FIFA telah dibeli yang dibantah Netzer. Istri Netzer mengaku duduk di meja yang sama ketika pembicaraan itu terjadi pada 2012.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement