REPUBLIKA.CO.ID, YANGON – Pemimpin oposisi Myanmar Aung Suu Kyi melalui partainya Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memenangkan pemilihan umum (pemilu) Myanmar dan meminta dilakukannya pertemuan dengan presiden, ketua dewan perwakilan rakyat, hingga jenderal militer.
Komisi Pemilihan Myanmar, Rabu (10/11) mengumumkan partai Suu Kyi, NLD memperoleh 134 kursi majelis rendah di parlemen nasional dari 149 total kursi.
Suu Kyi secara resmi terpilih kembali ke kursinya di majelis rendah parlemen karena NLD sukses memperoleh suara mayoritas dalam pemilu bersejarah di negara itu.
Suu Kyi kemudian meminta anggota terkemuka partai Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang didukung militer untuk bertemu dan membahas yang disebutnya menjadi kemenangan menentukan bagi partai oposisi.
Suu Kyi juga meminta petinggi di Myanmar, mulai presiden Thein Sein, ketua dewan perwakilan Shwe Mann, dan jenderal senior Min Aung Hlaing untuk bertemu dengannya dan mendiskusikan hasil pemilu.
"Sangat penting menerapkan kehendak rakyat secara damai demi negara," tulisnya dalam surat yang ditujukan kepada tiga tokoh senior tersebut seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (11/11).
Meski partainya menang, Suu Kyi tidak bisa menjadi presiden Myanmar. Konstitusi Myanmar melarang orang yang memiliki pasangan asing menjadi presiden.
Suu Kyi menikah dengan seorang warga Inggris dan anak-anaknya memiliki paspor Inggris. Tapi Suu Kyi mengatakan itu bisa berubah.
Pemerintah militer menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah semi-sipil pada 2011, namun tentara masih mendominasi politik setelah beberapa dekade berkuasa. Bahkan, 25 persen kursi di parlemen diperuntukkan bagi militer.