Sabtu 21 Nov 2015 01:20 WIB

Rp 68 Miliar untuk Informasi Keberadaan Petinggi ISIS Al Shimali

Rep: reja irfa widodo/ Red: Ani Nursalikah
ISIS
Foto: Reuters
ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah federal Amerika Serikat menyiapkan imbalan lima juta dolar AS kepada siapapun yang bisa memberikan informasi terkait keberadaan Abu Muhammad al Shimali, atau juga dikenal dengan nama Tirad al Jarba.

Shimali dianggap sebagai salah satu petinggi ISIS yang bertugas merekrut dan menyalurkan anggota-anggota baru ISIS. Berdasarkan keterangan Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Shimali sebenarnya sudah bergabung dengan kelompok ekstremis keagamaan sejak 2005.

Pada saat itu, Shimali sudah bergabung bersama Alqaidah, yang berada di Irak. Saat ini, Shimali disebut-sebut sebagai kepala bagian imigrasi dan logistik ISIS.

Tugas utama Shimali adalah membawa atau mengirimkan angota baru ISIS ke Suriah. Dalam membawa anggota baru ISIS ke Suriah, Shimali kerap menggunakan jalur Gaziantep, Turki, kemudian menuju Jarabalus, Suriah.

"Shimali dan Komite Imigrasi Logistik dan Imigrasi ISIS mengkoordinasikan aktivitas penyelundupan para anggota baru, transfer keuangan dan pasokan logistik ke Suriah dan Irak. Semua itu berasal dari Eropa, Afrika Utara, dan Semenanjung Arab,'' tulis keterangan resmi Departemen Pertahanan Amerika Serikat seperti dikutip Telegraph, Jumat (20/11).

Bahkan, pada 2014, Shimali dideteksi sempat memfasilitasi sejumlah angggota baru ISIS, yang berasal dari Turki ke Suriah. Anggota-anggota baru ISIS itu berasal dari Australia, Eropa, dan Timur Tengah.

"Tidak hanya itu, dia juga mengatur semua proses rekrutmen anggota baru ISIS di Azaz, Suriah," lanjut keterangan resmi Departemen Pertahanan Amerika Serikat.

Pemberian imbalan ini seolah melengkapi upaya Amerika Serikat untuk bisa menangkap Shimali. Sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat telah memasukkan Shimali ke daftar pencarian orang pada September tahun lalu.

Tidak hanya itu, Amerika Serikat juga telah membekukan semua aset dan rekening warga Arab Saudi yang lahir di Irak tersebut. Shimali memang diduga terlibat secara tidak langsung dalam serangan teror Paris, beberapa waktu lalu.

Lewat Shimali, delapan pelaku serangan teror Paris disebut-sebut bisa disalurkan dari Eropa dan sempat mendapatkan pelatihan di Suriah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement