Ahad 22 Nov 2015 14:48 WIB

Muslim Indonesia Kurang Berjiwa Enterpreneurship

Rep: c35/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Maman Abdurrahman (kiri) memberikan plakat kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) saat pembukaan Muktamar Persis yang Ke-XV di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Sabtu (21/11).Republika/Raisan Al Farisi
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Maman Abdurrahman (kiri) memberikan plakat kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) saat pembukaan Muktamar Persis yang Ke-XV di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Sabtu (21/11).Republika/Raisan Al Farisi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bos Para Grup, Chairul Tanjung yang juga akrab dipanggil CT ini menilai Muslim di Indonesia kurang memiliki jiwa enterpreneurship. Padahal di Amerika Serikat (AS) yang bisa kaya, hal itu karena 12 persen penduduknya adalah pengusaha.

Sedangkan pengusaha di Indonesia tercatat hanya kurang dari dua persen. Hal itu karena umat Islam khususnya di pedesaan masih mempercayai mitos, bahwa jika kita dekat dengan uang berarti dekat dengan setan. Selain itu juga dianggap bahwa berdagang penuh dengan spekulasi atau judi.

Tidak hanya itu, CT menilai pendidikan di Indonesia juga kurang mendukung untuk itu. Pemuda Insonesia lebih suka cepat sukses. Padahal kalau menjadi enterpreneur harus bersedia jatuh bangun terlebih dahulu baru bisa sukses. (Baca Juga: 'Muslim Indonesia Mayoritas di Kuantitas, Minoritas di Kualitas').

"Sunnahnya, Rasul kan berdagang. Ini sebuah keniscayaan yang kadang kita lupa. Muslim Indonesia  sering terjebak pada karakter kemiskinan. Padahal Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali dia sendiri yang mengubahnya," ujarnya.

CT juga menilai bahwa masyarakat Indonesia khususnya Muslim tidak bisa tepat waktu. Selain itu juga kebanyakan orang Indonesia yang suka kompromi, tidak suka ada konflik, dan lebih baik mengalah. Terlebih, kata dia, Indonesia terjebak pada budaya instan, yaitu korupsi, suap, menyontek, melanggar lampu lalu lintas, dimana hal itu sangat mempengaruhi karakter bangsa.

CT memaparkan hasil penelitian di Georgetown University, Amerika bahwa jika melihat nilai-nilai Islam yang dikompres ke dalam prinsip-prinsip suatu negara, maka jika diranking hasilnya adalah swbagai berikut: Irlandia, Denmark, Luxemburg, Swedia, Inggris, Malaysia, Turki, Saudi Arabia, Indonesia, dan peringkat kesepuluh Iran.

 

Hal ini menunjukkan betapa negara-negara nonMuslim itu justru menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan mereka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement