REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (26/11) mengatakan Moskow siap bergabung dengan Prancis dalam perang melawan teror.
Putin berbicara sebelum pertemuan dengan timpalannya dari Prancis, Francois Hollande, yang sedang berkunjung dan telah melancarkan diplomasi guna menghimpun dukungan bagi koalisi luas internasional melawan IS atau ISIS.
IS telah mengaku bertanggung-jawab atas serangan 13 November di Paris, yang menewaskan 130 orang, dan penembakan-jatuh pesawat penumpang Rusia pada 31 Oktober sehingga menewaskan semua 224 orang di dalamnya di wilayah Semenanjung Sinai, Mesir.
Ketika berbicara dalam pertemuan tertutup dengan Hollande, Putin mengatakan kerugian dan penderitaan Prancis dan Rusia akibat serangan membuat kedua negara tersebut menggabungkan kekuatan dan memerangi "kejahatan yang sama-sama mereka hadapi".
"Kami percaya ini benar-benar penting, dan sehubungan dengan ini posisi kami sama ... Rusia telah lama mengalami serangan gencar dan kerugian serius. Kami memahami perasaan anda dan seluruh Prancis," kata Putin di dalam pidato yang ditayangkan televisi, sebagaimana dikutip Xinhua, yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat (27/11) pagi.
Sementara itu Hollande mengatakan ia berharap kunjungannya ke Rusia dapat mengarah kepada koalisi besar aksi anti-teror guna memerangi pelaku teror dengan cara yang jauh lebih efektif. "Aksi teror adalah musuh bersama kami. Kelompok itu memiliki wilayah, tentara dan dana, jadi kami harus menciptakan koalisi besar yang kuat untuk menyerang mereka," kata Hollande.
Pertemuan tersebut saat ini berlangsung dengan dihadiri para pejabat senior lain dari kedua negara tersebut. Menurut siaran pers dari Kremlin, kedua pemimpin tersebut terutama akan membahas cara mengkoordinasikan upaya anti-teror mereka. Sementara itu penyelesaian politik di Suriah dan krisis Ukraina juga direncanakan dibahas.
Setelah peristiwa 13 November di Paris, Hollande mengadakan serangkaian pertemuan dengan pemimpin negara besar untuk mencari dukungan bagi pembentukan koalisi "yang kuat dan global" guna menggulangi IS, yang telah menguasai banyak wilayah Suriah dan Irak.
Hollande berikrar akan melancarkan perang tanpa ampung melawan aksi teror, dan dalam waktu satu pekan melancarkan diplomasi intensif; ia mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron sebelum terbang ke Washington, tempat ia bertemu dengan Presiden Barack Obama guna membahas peningkatan serangan terhadap IS.