REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menunda larangan produk Turki demi menghindari inflasi, Senin (30/11). Larangan produk Turki ini sebenarnya bagian dari sanksi yang diterapkan Rusia pada Turki atas penembakan jet Su-24 milik Rusia oleh F-16 Turki.
Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich mengatakan Rusia akan menunggu beberapa pekan untuk mulai mengetatkan sanksi. Pasalnya, penerapan larangan produk secara dadakan otomatis menimbulkan kekurangan yang dapat memicu inflasi.
"Penundaan ini akan memberikan waktu pada importir untuk mencari pemasok alternatif," kata Dvorkovich, dikutip New York Times. Penundaan ini berlaku untuk produk buah dan sayur dari Turki.
Menurut data statistik pemerintah, Rusia telah menghabiskan hampir 750 juta dolar AS dalam impor buah dan sayur pada tahun ini dari Turki. Sekitar 90 persen lemon yang dijual di Rusia berasal dari Turki, sama seperti tomat, anggur dan aprikot.
Sementara di Turki, sebanyak empat persen produknya dibeli di luar negeri. Menurut Interfax, ada sekitar 1.250 truk milik Turki yang sekarang tertahan di perbatasan selatan Rusia.
Menurut Wakil PM lainnya, Igor Shuvalon, pemerintah kemungkinan tidak akan menerapkan larangan pada industri impor. Meski demikian, daftar barang terlarang bisa saja diperpanjang di masa depan. Komponen sanksi yang telah diterapkan adalah pembatasan travel dan wisata antara kedua negara.