REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Arema Cronus Iwan Budianto menyakatan sebenarnya dirinya enggan mengomentari pernyataan kontroversial PSSI terkait dugaan adanya pengaturan skor di Piala Jenderal Sudirman. Kemudian dia juga meminta pihak-pihak yang berbicara tentang adanya pengaturan skor itu untuk tak sekadar menuduh.
Seharusnya ada bukti, sehingga tuduhannya tersebut kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dia juga meminta jika memang benar, segera buktikan agar tak lagi menjadi isu. Iwan yakin tidak ada pengaturan skor di babak penyisihan grup Piala Jenderal Sudirman.
Namun, jika PSSI benar-benar yakin ada indikasi pengaturan skor maka segera buktikan. Apalagui panitia penyelanggara sendiri adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). "Kalau ada pengaturan pasti finalis Piala Presiden tidak akan tersingkir dengan cepat," kata Iwan, Selasa (1/12).
Sebelumnya PSSI memberikan pernyataan, terkait danya indikasi match fixing alias pengaturan skor pada ajang Piala Jenderal Sudirman. Bahkan, untuk kepentingan pembuktian dugaan tersebut, PSSI akan mengambil sikap berkomunikasi dengan pihak TNI dan panitia.
"PSSI secara resmi akan mengirimkan surat sekaligus berkoordinasi dengan Panglima TNI dan ketua panitia penyelenggara turnamen Piala Jenderal Sudirman," kata anggota Komite Etik PSSI, Haryo Yuniarto seperti dikutip laman resmi PSSI.
Pergelaran turnamen Piala Jenderal Sudirman sudah menyelesaikan babak kualifikasi grup. Sebanyak delapan tim yang akan bertanding di babak delapan besar yang akan dimulai pada 12 hingga 20 Desember mendatang.
Kedelapan tim tersebut adalah Arema Cronus, Persija Jakarta (Grup A), Perspura Jayapura, Semen Padang, Mitra Kukar (Grup B). Kemudian PS TNI, Surabaya United, Pusamania Borneo FC (Grup C). Sementara dua tim finalis Piala Presiden, yaitu Persib Bandung dan Sriwijaya FC kandas di babak penyisihan grup.