Kamis 31 Dec 2015 21:02 WIB

PBNU: Tahun Baru, Momentum Perbaikan Kehidupan

Rais Aam Syuriah PBNU KH. Maruf Amin hadir di rumah duka Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Slamet Effendy Yusuf di rumah duka, Cibubur, Bogor, Jabar, Kamis (3/12).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Rais Aam Syuriah PBNU KH. Maruf Amin hadir di rumah duka Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Slamet Effendy Yusuf di rumah duka, Cibubur, Bogor, Jabar, Kamis (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengajak segenap elemen bangsa menjadikan tahun baru sebagai momentum untuk melakukan perbaikan-perbaikan serta refleksi untuk kehidupan yang lebih baik di tahun depan.

"Pergantian tahun merupakan suatu momentum untuk bercermin, lalu menemukan kesalahan dan untuk selanjutnya merumuskan formula yang tepat untuk membenahi kesalahan tersebut dengan harapan tak akan ada yang terulang lagi di tahun depan," kata Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin di Jakarta, Kamis (31/12).

Mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, Kiai Ma'ruf mengatakan, siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia orang yang beruntung, siapa yang hari ini keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi, siapa yang keadaan hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka.

Oleh karena itu, menurut dia, menyongsong tahun baru ini sangat relevan untuk merenungkan ajaran dan tauladan dari Rasulullah SAW soal hijrah. "Hijrah adalah sebuah perjalanan yang membawa kita kepada suatu kemungkinan untuk berijtihad dalam hal apa pun di aspek kehidupan ini," ucapnya.

PBNU juga mengajak segenap warga bangsa untuk menjaga dan meningkatkan persaudaraan sebangsa (ukhuwwah wathoniyyah). Yang paling utama harus dilakukan dalam konteks menyambut pergantian tahun, kata Kiai Ma'ruf, adalah memanjatkan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan kurnia melimpah sepanjang 2015.

"Banyaknya problem, melimpahnya masalah, tidak lain kecuali hanya sebagai media, instrumen, serta sarana Allah SWT untuk mendidik kita. Output-nya tentu agar kita semua menjadi dewasa. Baik sebagai pribadi maupun sebagai sebuah bangsa," tuturnya.

Terkait perayaan tahun baru, PBNU mengimbau agar tidak diwarnai dengan kegiatan yang merusak moral seperti pesta minuman keras, mabuk-mabukan, hingga kebut-kebutan. "Marilah kita tunjukkan suasana kebersamaan dengan kesederhanaan dan kebersahajaan di dalam melaksanakan perayaan tahun," kata Kiai Ma'ruf.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement