REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin mengatakan kontribusi pesantren sangat fundamental untuk menangkal radikalisme. Terlebih dengan adanyai kerja sama dengan organisasi lain.
“Pesantren bersama lembaga Islam lainnya termasuk NU dan Muhammadiyah merawat Islam moderat di Indonesia,” ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (28/1).
Pesantren selama ini merawat Islam di Indonesia dengan damai, tolen dan inklusif. Menurut dia peristiwa atau gerakan-gerakan yang bernuansa kekerasan selama ini terjadi bukanlah kultur asli Indonesia melainkan impor dari luar negeri.
Budaya kekerasan bukan bagian dari karakter masyarakat Indonesia. Sejak dulu Indonesia memiliki keanekaragaman tetapi tetap menjaga kedamaian tidak terlepas dari peran pesantren.
Pesantren secara masif mengajarkan Islam yang damai dan tidak keras. Santri dan santriwatinya selama ini mampu mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari melalui kitab-kitab seperti kitab kuning untuk disiarkan kepada masyarakat.
Substansi di dalam kurikulum Pesantren juga mengajarkan Islam moderat secara tidak langsung menjadi penyangga Indonesia. Karena selama ini Indonesia pernah dan masih menjadi target kelompok radikal.
Dia menjelaskan, alumni pondok pesantren secara langsung maupun tidak langsung berperan menjadi agen Islam moderat. Mereka telah menyebar baik sebagai pengurus organisasi masyarakat maupun pejabat dan dapat berperan apapun demi menjaga kedamaian bangsa.
Masuknya paham radikal belakangan, menjadi pekerjaan tambahan bagi ulama untuk berhati-hati dan selalu menyampaikan dakwah Islam itu moderat bukan radikal.