REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Reformasi kuota Dana Moneter Internasional (IMF) berdampak pada kenaikan dan penurunan hak suara negara-negara anggota lembaga itu. Empat negara yang sedang tumbuh (emerging markets), yakni Brasil, Rusia, India, dan Cina (BRIC), memperoleh kenaikan kuota dan hak suara atas perubahan ini, sementara sejumlah negara maju dan berkembang termasuk Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi turun.
IMF mencatat sekitar 6 persen dari jatah kuota ini akan berpindah ke emerging markets yang berakibat pada naiknya hak suara mereka. Sebaliknya, hak suara negara-negara maju (advanced economies) mengalami penurunan 2,6 persen dari 57,90 persen menjadi 55,30 persen.
(Baca: Reformasi Disetujui, Peta Kekuatan IMF akan Berubah?)
Hak suara AS ikut tergerus dari 16,73 persen menjadi 16,48 persen atau sebesar -0,24 persen. Inggris dan Prancis juga mencatat penurunan hak suara masing-masing 0,262 persen (dari 4,29 persen menjadi 4,02 persen) dan 0,262 persen (dari 4,29 persen menjadi 4,02 persen).
Data di atas tersebut mengutip dari situs IMF yang diambil pada Jumat (29/1). IMF, seperti dikatakan Direktur Pelaksananya Christine Lagarde, baru saja membuat sejarah baru dengan menyetujui dan menyepakati reformasi kuota dan keterwakilan IMF yang sudah direncanakan sejak Desember 2010 lalu.
Hak suara Arab Saudi pun ikut tergerus 0,789 persen, dari 2,80 persen menjadi 2,01 persen. Hak suara di negara-negara ini juga turun, yakni Belgia turun 0,555 persen, Jerman turun 0,495 persen, Kanada turun 0,34 persen, Venezuela 0,317 persen, dan Belanda turun 0,315 persen.
Redistribusi kuota IMF ini berdampak pada posisi Cina menjadi ketiga terbesar sebagai anggota IMF dari sebelumnya di urutan keenam. Kuota Cina di IMF akan naik lebih dari 2 persen. Posisi nomor satu dipegang AS dan kedua Jepang.
BRIC akan masuk sebagai 10 besar anggota IMF bersama AS, Jerman, Jepang, Prancis, Italia, dan Inggris.
Secara umum, reformasi kuota IMF ini akan menggandakan sumber daya kuota ke-188 negara anggota IMF. Sejumlah negara memberikan sumbangan finansial lebih banyak setelah krisis 2008 terjadi. Indonesia termasuk anggota IMF yang terus membayar segala kewajibannya.