REPUBLIKA.CO.ID, RAMLE -- Dua gadis Palestina berusia 13 tahun ditangkap setelah menikam dan melukai seorang penjaga keamanan di sebuah kota dekat Tek Aviv, Kamis (4/2).
Gelombang penusukan, penembakan dan penabrakan mobil yang dilakukan warga Palestina telah menewaskan 27 warga Israel dan seorang warga negara Amerika Serikat sejak Oktober. Sementara pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 155 warga Palestina.
Pertumpahan darah sebagian besar didorong oleh rasa frustasi Palestina akibat penjajahan Israel. Rasa frustasi itu ditambah dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit serta pelecehan otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa.
Pada insiden Kamis di stasiun bus pusat di Ramle, dua gadis itu menarik pisau dan menyerang seorang penjaga yang menantang mereka setelah terdeteksi detektor logam. "Indikasi motif adalah nasionalis," ujar juru bicara kepolisian Luba Samri.
Sehari sebelumnya, tiga orang pemuda Palestina dari Tepi Barat memegang senjata, pisau dan bom pipa menewaskan seorang polisi wanita Israel di Yerusalem. Mereka kemudian ditembak mati.
Baca juga, Israel Kembali Rampas Tanah Palestina di Tepi Barat.
Sebagai tanggapan, pasukan Israel menyerbu kampung halaman para penyerang dari Qabatya. Pasukan menangkap lima orang yang dicurigai militan dan memaksakan penutupan.
Seorang penduduk Qabatya Ali Zakameh mengatakan, penduduk setempat melakukan unjuk rasa berhadapan dengan pasukan Israel, Kamis (4/3). "Qabatya sekarang menyaksikan bentrokan. Ini seperti perang, banyak luka dari peluru tajam dan dari dtabrak oleh kendaraan militer Israel. Ada luka serius," katanya.