REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan terbaru terkait perang di Sudan Selatan, Senin (8/2). Tertulis di dalamnya, sedikitnya 40 ribu orang terancam mati kelaparan di zona perang.
PBB menyebut perang sipil selama dua tahun itu telah menjerumuskan lebih dari 2,8 juta penduduk pada kondisi menyedihkan. Hampir seperempat populasi membutuhkan bantuan darurat.
PBB juga menggambarkan kondisi memburuk karena pasokan makanan dan kebutuhan dasar diblokir. Pihak berperang dituduh melakukan kejahatan dan kekejaman perang.
"Hampir 25 persen populasi negara darurat kebutuhan dan bantuan makanan, sedikitnya 40 ribu orang berada diambang kematian karena kelaparan," kata Organisasi Pertanian dan Makanan (FA0) PBB, Organisasi anak-anak PBB (UNICEF) dan Program Makanan Dunia (WFP) dalam pernyataan bersama.
Menurut Ketua UNICEF Sudan Selatan, Jonathan Veitch, penduduk sudah melakukan segalanya demi bertahan hidup. Namun kini mereka kehilangan banyak pilihan. "Ini sangat genting karena kita tidak mendapatkan akses," kata dia.
Dalam laporan bulan Oktober, PBB memperingatkan risiko konkrit kelaparan jika tidak segera diberi bantuan. Saat itu, zona perang dinilai terlalu berbahaya untuk diakses. Sehingga para pakar pun tidak dapat memprediksi jumlah penduduk yang butuh bantuan.
Sudan Selatan juga bukan satu-satunya negara yang terancam karena kelaparan. Negara-negara tanduk Afrika mengalami kekeringan panjang sehingga jutaan orang terancam mati karena tak kekurangan bahan makanan.
Di Somalia, PBB memperingatkan 58 ribu anak-anak akan kelaparan dan terancam tewas. Sekitar 950 ribu orang juga akan terancam kesulitan mencari bahan makanan.