REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada 14 Februari, dunia mengidentikkannya dengan hari berkasih sayang atau valentine. Terutama di negara-negara barat, seolah menjadi perayaan wajib bagi muda-mudi mengekspresikan kasih sayang untuk orang-orang terkasih.
Pendiri dan Direktur World Muslimah Foundation, Eka Shanty menilai hari kasih sayang merupakan suatu ujian bagi Muslim “Ini adalah ujian dan cobaan bagi anak muda terhadap kualitas syahadat kita,” tutur Eka saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/2).
Eka menambahkan perayaan-perayaan semacam valentine dan haloween adalah wujud penurunan akhlak, di mana malah banyak yang merayakan hal di luar budaya Indonesia dan budaya Islam. Secara akidah, valentine sama sekali melenceng dari nilai-nilai Islam. Padahal ukuran kesuksesan seorang Muslim hanya berlandaskan pada Alquran dan hadist.
“Kita punya 4 kunci sukses seorang Muslim. Ukurannya kualitas iman kita, kemudian bagaimana kualitas ibadah, lalu kemudian yang ketiga adalah kualitas kita hubungan kita sesama manusia, yang keempat adalah akhlak. Jika ini sukses, landasannya cuma 2, Alquran dan hadist,” jelas Eka.
Mantan penyiar televisi tersebut mencontohkan ketegasannya pada anaknya sendiri dalam merayakan valentine. Eka berani mengatakan pada anaknya jika anaknya keluar rumah dan ikut merayakan, maka tidak akan dianggap sebagai anak lagi.
Kunci untuk menjaga akidah anak bagi Eka adalah ketegasan, baik dari keluarga maupun institusi pendidikan, bahwa valentine bukan budaya kita. Apa yang dilakukan oleh anak muda Muslim seharusnya cukup menghormati tanpa sama sekali ikut merayakan.