Oleh Ali Farkhan Tsani
REPUBLIKA.CO.ID, Kepada para pemimpin kapan pun dan di manapun, Rasulullah SAW pernah memperingatkan dalam sabdanya, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR Bukhari dan Muslim).
Mengetahui betapa dahsyat dan besar tanggung jawab seorang pemimpin di hadapan Tuhannya maka tidak heran kalau pemimpin tertinggi kaum Muslimin sekelas Khalifah Umar bin Khattab, yang wilayahnya meliputi seluruh Jazirah Arab dan dunia Islam, tidak malu kalau harus memanggul sendiri makanan pokok untuk dibagikan kepada warga yang memerlukan.
Bahkan, ketika salah seorang pegawainya menawarkan untuk memanggul karung tersebut, khalifah serta-merta menolaknya. Khalifah Umar bertanya, "Beranikah engkau menggantikan memanggul tanggung jawabku di akhirat kelak?"
Kepedulian terhadap nasib penderitaan umat atau warga yang menjadi tanggung jawabnya, itulah hakikat kepemimpinan yang sangat diperhatikan Umar. Rasa peduli yang kemudian melahirkan rasa simpati dan empati akan menumbuhkan jiwa kasih sayang tulus, rela berkorban, dan menyediakan waktu dan tenaganya untuk kepentingan umat atau rakyatnya.
Ia akan seperti dicontohkan Nabi ketika membagi-bagikan air susu. Maka, semua sahabatnya dipersilakan terlebih dahulu mengonsumsinya. Barulah ia mendapat giliran bagian yang terakhir menikmatinya.