REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) mengapreasiasi rencana sejumlah promotor dan Event Organizer (EO) yang akan menggelar beberapa turnamen di tengah pembekuan PSSI. Hanya saja, BOPI tak menghendaki adanya tumpang tindih turnamen dan bisa membuat turnamen tidak berjalan dengan efesien.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Ketua BOPI Mayjen (Pur) Noor Amman. Sebagai contoh per Februari sampai April 2016 banyak agenda turnamen yang dirancang dengan jadwal yang bertabrakan. Ada Piala Bung Karno yang akan digelar 5 Maret sampai 3 April 2016.
Ada juga Piala Gubernur Kaltim yang semula akan kick-off pada 6 Februari 2016, lalu mundur menjadi 5 Maret dan kini berencana memajukan jadwalnya jadi 27 Februari 2016 – 15 Maret mendatang. Kemudian menyusul Piala Bhayangkara yang rencananya akan dihelat 17 Maret sampai 3 April 2016.
Belum lagi turnamen Piala Walikota Padang yang semula akan digelar pada 14 Februari kemudian dimundurkan menjadi 26 Februari. Ditambah lagi Bali Island Cup yang rencananya dilaksanakan pada 28 Februari plus sejumlah single match yang sewaktu-waktu dimunculkan atas gagasan sejumlah promotor atau EO.
Maka dari itu BOPI akan menata ulang turnamen-turnamen yang akan dilaksanakan. Menurut Noor Amman tumpang tindih turnamen bisa merusak agenda reformasi tata kelola sepak bola professional. “Dari data-data yang kami dapatkan, jadwal sejumlah turnamen saling bertabrakan bahkan ada yang tumpang tindih," kata Noor Amman seperti ditulis dalam rilisnya, Kamis (11/2).
Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal BOPI, Heru Nugroho. Dia menegaskan jika tumpang tindih turnamen juga tidak bagus dari sisi industri dan bisnis olahraga. Heru berharap seluruh turnamen harus ditata ulang agar terprogram dan sistemis.
Menurutnya, Tim Transisi sebagai acting PSSI bertindak sebagai eksekutor, BOPI sebagai pengawas. Selanjutnya, para penggagas dan peserta turnamen juga harus berkomitmen untuk berada di gerbong reformasi sepak bola Indonesia.