Selasa 16 Feb 2016 22:42 WIB

Pemisahan Unit Usaha Syariah tak Pengaruhi Bank Sulselbar

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Bank Sulselbar
Foto: antara
Bank Sulselbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemisahan (spin-off) unit usaha syariah (UUS) dinilai tak akan banyak memengaruhi BPD Sulawesi Selatan dan Barat (Bank Sulselbar). Analis Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Hendro Utomo mengatakan, pemisahan UUS Bank Sulselbar belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

Kalaupun dilakukan pemisahan, anak usaha syariah ini masih akan masuk dalam konsolidasi Bank Sulselbar jadi secara keseluruhan tidak berpengaruh pada profil Bank Sulselbar. Kontribusi UUS terhadap Bank Sulselbar pun masih sangat kecil.

Dari neraca yang dipublikasikan Bank Sulselbar di laman resminya, per 31 Desember 2015, total pembiayaan syariah mencapai Rp 543,2 miliar dari total kredit Rp 8,373 triliun. Aset Bank Sulselbar di akhir 2015 mencapai Rp 11,7 triliun.

Pefindo menaikkan peringkat Bank Sulselbar dari idA menjadi idA+ dengan prospek stabil. Begitu pula Obligasi I/2011 dan Sukuk Mudharabah I/2011 dari idA dan idA(sy) menjadi idA+ dan idA+(sy).

Hal ini didukung profil risiko keuangan yang terus membaik dan menguat. Profil bisnis pun dijaga di level kuat didukung potensi daerah yang besar di mana pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dan Barat terbilang bagus di atas rata-rata nasional.

Peringkat Bank Sulselbar juga naik karena posisi CAR yang dijaga di atas 20 persen. Ke depan, Pefindo juga memprediksi CAR Bank Sulselbar masih akan ada di posisi yang baik.

Bank Sulselbar dipandang masih mampu menjaga kualitas aset selama 2015 denga NPL di bawah satu persen. Fokus bisnis Bank Sulselbar masih pada kredit konsumer ke segmen PNS melalui mekanisme potong gaji sehingga risiko kreditnya rendah.

"Ke depan pola ini masih akan dijaga sehingga secara keseluruhan kualitas masih terjaga," kata Hendor dalam paparan bulanan emiten di Kantor Pefindo, Jakarta, Selasa (16/2).

Sama seperti BPD lain, yang membatasi Bank Sulselbar adalah ketergantungan pada dana-dana institusi. Sumber dana semacam itu sangat sensitif terhadap perubahan sukuk bunga dan bisa pindah ke bank lain yang menawarkan bunga lebih menarik. Jika itu terjadi, Bank Sulselbar harus mencari sumber dana pengganti karena akan memengaruhi profitabilitas.

Selain itu juga persaingan yang ketat untuk kredit produktif. Meski mayoritas portofolio Bank Sulselbar di kredit konsumtif, terdapat program dan tujuan pemerintah daerah agar BPD meningkatkan peran bagi ekonomi daerah melalui kredit produktif.

Rencana Bank Sulses untuk menaikkan porsi kredit produktif akan menemui tantangan dari bank umum yang sudah lebih dulu melakukan hal serupa dengan rekam jejak yang lebih kuat. Persaingan ini bisa memaksa Bank Sulselbar mengurangi kredit produktif sehingga berpotensi menaikkan NPL.

Peringkat Bank Sulselbar bisa naik jika bisnis meningkat dan turun jika terjadi pemburukan aset.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement