Kamis 18 Feb 2016 17:46 WIB

Iri dan Dengki

Iri Hati jadi Pendengki (Ilustrasi)
Foto: Telegraph
Iri Hati jadi Pendengki (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit hati yang dinamakan iri dan dengki hampir sama umurnya dengan sejarah peradaban manusia. Kejadian di awal zaman Nabi Adam, yaitu pertengkaran dan pertumpahan darah antara Habil dan Qabil bermuasal dari penyakit hati ini atau hasutan (provokasi) yang sangat menyesatkan dari setan. 

Penyakit iri dan dengki ini sangat merusak diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Karena penyakit hati ini dapat menjangkit siapa pun. Bila dibiarkan bercokol dalam waktu lama, penyakit ini dapat menimbulkan sikap yang destruktif bagi pengembangan kepribadian.

Pernahkah kita berpikir dan bertindak untuk selalu syukur dan senang bila ada orang lain mendapat sukses atau kenikmatan? Bila tidak, kita perlu membiasakannya.

Rasulullah mengatakan bahwa menjadi manusia baik adalah manusia yang bermanfaat bagi lingkungannya. Artinya manusia harus bersikap inklusif dan peka terhadap lingkungan, baik sosial maupun alam, dan tidak bersikap eksklusif untuk kepentingan dirinya saja.

Barangkali perlu dibiasakan dalam pergaulan sehari-hari untuk selalu terampil dalam memberi nilai-nilai positif bagi orang lain, dan dicegah kecenderungan untuk memberi nilai-nilai negatif bagi seseorang yang didasarkan oleh rasa subjektivitas.

Seorang yang telah beriman dan yakin menyatakan tiada ilah selain Allah, sepatutnya menampakkan keimanannya itu dalam setiap tindak tanduk pergaulan. Dia terus berupaya terus menjaga perilakunya itu sebagai suatu kebiasaan baik yang bernuansa Islami. 

Contohnya, keimanan terhadap takdir ditunjukkan dalam bersikap gembira dan bersyukur pada Allah, bila mendengar ada orang lain yang mendapat kesuksesan atau rezeki halal. Demikian pula memberikan empati bagi yang mendapat musibah atau kesulitan hidup, dan akan lebih bagus lagi bila langsung memberikan pertolongan yang bersifat finansial agar mereka langsung dapat memanfaatkannya.

Pola kebiasaan inilah yang harus ditumbuhkembangkan terus sebagai bagian dari sikap dan gaya hidup manusia Muslim, baik dalam berbagai profesi, kesempatan maupun urusan kenegaraan. Insya Allah perbuatan sekecil apapun bila dilakukan dengan ikhlas karena Allah, akan selalu mendapat ganjaran hikmah di dunia maupun di akhirat. 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement