REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Pemimpin yang juga calon presiden (capres) dari kubu oposisi Uganda, Kizza Besigye, diciduk aparat Kepolisian Uganda untuk ketiga kalinya. Ia dijemput paksa di markasnya dan sempat terjadi bentrok antara polisi dan pendukungnya.
Berdasarkan lansiran dari USA Today, Sabtu, (20/2), Kepolisian Uganda nampak harus menembakkan gas air mata supaya massa mau membubarkan diri. Pasalnya, para pendukung Besigye di markas Partai Forum untuk Perubahan Demokratik (FDC) membentuk pagar hidup.
Komandan Kepolisian Metropolitan Kampala, Andrew Felix Kaweesi mengatakan penahanan Besigye ini hanya tindakan pencegahan. Ia merasa perlu melakukan pencegahan untuk mengurangi potensi kerusuhan usai diumumkannya hasil pemilihan umum (pemilu) yang digelar Kamis dan Jumat kemarin waktu setempat.
“Kami harus menahannya sampai hasil (pemilu) diumumkan besok, untuk mencegah dia (Besigye) mendalangi kerusuhan di masyarakat,” ujar Kaweesi.
Terlebih, usai muncul beberapa hasil quick count, yang menyebutkan Presiden petahan Yoweri Museveni menang 62 persen ketimbang Besigye yang memperoleh suara 33 persen. Padahal hasil lengkapnya baru akan diumumkan Komisi Pemilu Uganda Sabtu (20/2) waktu setempat. Komisi pemilihan sempat terlambat mengumumkan hasil pemilu tersebut dengan alasan kendala transportasi.