REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian masih melakukan sejumlah persiapan untuk memasuki perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dalam skema Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa (UE). Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong menilai Indonesia masih kalah bersaing dalam perdagangan bebas.
Thomas mengatakan, pihaknya sedang mengadakan beberapa pertemuan antarkementerian untuk persiapan mengenai CEPA dengan Uni Eropa. Sebab Indonesia harus menimbang betul manfaat dalam keikutsertaan ini.
"Sekarang ini kita lagi mengumpulkan masukan dari semua kementerian teknis, bukan hanya menyampaikan permintaan UE, tapi juga apa yang mau diminta Indonesia dari UE. Jadi kita tahu benefit maupun asistensi kerja sama," kata Lembong di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (4/3).
Ia menjelaskan, pemerintah saat ini harus menyadari bahwa Indonesia saat ini sudah tertinggal dalam perdagangan bebas dengan sejumlah negara lain, seperti Vietnam yang sudah sudah memiliki CEPA dengan UE, sekaligus salah satu pendiri trans pasific partnership (TPP). Hal ini membuat Vietnam mempunyai akses bebas untuk masuk Eropa maupun pasar Amerika.
Namun, hal ini belum diberlakukan pemerintah Indonesia. Sehingga keinginan Indonesia untuk lebih mudah dan murah dalam menembus pasar Eropa dan Amerika masih kalah dalam masalah tarif dengan Vietnam bahkan Malaysia.
Menurut dia, Indonesia sebentar lagi akan disalip oleh negara tetangga yaitu Filipina. Karena Filipina telah memiliki ruang lingkup untuk mengikuti FTA. Padahal Indonesia sebenarnya telah lebih dulu memiliki ruang lingkup untuk FTA.
"Langkah pertama untuk negoriasi FTA itu kan scooping (ruang lingkup). Nah kita mulai duluan dari Filipina, tapi Filipina sudah selesai duluan scooping dengan UE," ungkapnya.
Melihat hal ini, ia menuturkan, pemerintah terus mengkaji agar bisa mengejar waktu untuk segera memaksimalkan kerja sama dengan Eropa dan Amerika. Terlebih saat ini banyak pabrik mulai berpindah ke Vietnam maupun Malaysia. Dalam mengejar ketinggalan ini, ia menuturkan, pelaku industri bukan hanya harus meningkatkan produksi, tapi juga menaikan kelas produk mereka, misal dalam higienitas.