REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Pagi tadi, santri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia kembali mengadakan “Ngopi Subuh". Kali ini bertindak sebagai pembicara adalah Ustaz Faidhal Zikro yang dikenal sebagai ustadz “Abu Nawas”. Ustaz yang kocak nan jenaka ini datang ke pesantren Annaba dengan mengedarai sepeda dan mengenakan seragam olah raga.
Seragam ini ia kenakan karena aktifitas bersepeda yang rutin ia lakukan setiap pagi hari usai ibadah subuh. Kedatangan Ustaz Zikro ke pesantren Annaba disambut para ustaz dan santri. Dengan maksud untuk bersilaturahmi, namun kehadirannya tidak disia-siakan oleh para asatidz dan santri. Ia langsung diminta untuk memberikan sedikit wejangan yang dapat bermanfaat bagi santri Annaba Center.
Untuk kesempatan kali ini, “Ngopi” subuh mengambil tema tentang meneladani Rasulullah Saw. Ustaz Zikro menyampaikan bahwa Rasulullah adalah seorang yang yatim-piatu. Beliau hidup dan tumbuh besar bersama sang paman, perjuangan dakwah Rasulullah dipenuhi dengan berbagai macam ujian yang tidak mudah. Akan tetapi, ujian tersebut tidak membuat Rasulullah menyerah, melainkan juga semakin kuat berpegang teguh pada tali agama Allah, meski sejak kecil beliau sudah menjadi yatim-piatu.
Penjelasan demi penjelasan mengenai Rasulullah Saw. disampaikan oleh ustad Zikro. Dan Poin penting dalam “Ngopi” subuh pada pagi hari tadi adalah pertama, sebagai umat yang beriman kita harus mengamalkan apa yang diperintahkan oleh rasul Saw., yaitu menyayangi anak yatim. Kedua, bahwa ujian yang datang silih berganti harusnya menjadikan kita semakin dekat dengan Allah dan kuat memegang tali agama Allah. Ketiga, bahwa dalam setiap kesulitan pasti akan Allah berikan kemudahan.
Oleh sebab itu, semoga hamba yang beriman yakni seluruh umat Mukmin harus meyakini segala ketentuan qada dan qadar itu datangnya dari Allah SWT.
“Ngopi” subuh dilakukan dalam suasana yang santai dan penuh dengan keakraban. Para santri mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh ustadz Zikro dengan wajah yang serius, namun tetap santai. Sesekali muncul tawa dan canda menyelingi pembicaraan tentang keimanan itu. “Ngopi” subuh dirasa bermanfaat bagi para santri selain pembelajaran secara formal yang dilakukan di ruang kelas.