REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei mengatakan, Amerika Serikat pada dasarnya masih bermusuhan dengan Iran. Dia beranggapan, kebijakan AS merusak manfaat dari pencabutan sanksi.
Pada Ahad (20/3), Khamenei memperingatkan Iran untuk tak memercayai musuh lama mereka itu. Sikap tanpa kompromi tokoh paling senior Iran itu menimbulkan tantangan bagi Presiden Hassan Rouhani, arsitek kesepakatan nuklir. Padahal, selama ini Rouhani berharap kesepakatan nulir dapat membuka perekonomian Iran ke dunia.
Sesuai dengan kesepakatan, banyak sanksi internasional terhadap Iran yang diangkat pada Januari. Sejak itu, delegasi bisnis asing berbondong-bondong ke Teheran dan miliaran dolar dari kesepakatan telah ditandatangani.
Namun, Bank Eropa dan perusahaan lain belum melakukan hal yang sama, sebagian besar disebabkan sanksi AS yang masih tersisa. Khamenei berkata, itu adalah tanda Iran harus mandiri secara ekonomi karena AS dan sekutunya bukan mitra yang dapat diandalkan.
"Di negara-negara Barat dan tempat-tempat yang berada di bawah pengaruh AS, transaksi perbankan kami dan repatriasi dana kami dari bank mereka menghadapi masalah karena (bank) takut pada Amerika," katanya.
Khamenei menambahkan, AS berlaku sedemikian rupa agar perusahaan-perusahaan, lembaga, dan bank-bank besar tak berani datang dan berurusan dengan Iran. Menurutnya, sisa sanksi AS juga membuat perusahaan-perusahaan Eropa takut.